KOMPAS.com - Menasihati anak balita saat dirinya berbuat salah bukanlah hal mudah. Terkadang, anak akan bersifat defensif atau bahkan berteriak karena merasa dirinya benar.
Tak sedikit orangtua yang ikut terpancing dan pada akhirnya memarahi anak dengan nada tinggi. Namun sebenarnya, anak tidak bermaksud melawan orangtua.
Anak hanya belum paham cara mengatur intensitas emosinya. Oleh karenanya, orangtua perlu membantu anak memahami emosinya seiring perkembangan otak.
Di usia balita, anak belum memiliki kontrol impuls atau kemampuan mengendalikan emosi maupun perilaku. Padahal, otak membutuhkan banyak kekuatan untuk mengendalikan emosi dan perilaku.
Pada anak, bagian otak yang mengontrol impuls yakni lobus frontal masih dalam tahap awal perkembangan. Inilah alasannya anak kecil sulit menahan diri agar tidak berperilaku buruk.
Baca juga: Balita Sering Memukul Ketika Marah, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua
Perkembangan emosional anak balita khususnya di usia 4 tahun masih bergelombang dan kompleks.
Mereka memang bisa melakukan lebih banyak hal. Tapi tetap saja belum memiliki kapasitas untuk memahami perasaannya sepenuhnya.
Tak jarang anak mengkomunikasikan perasaannya dengan cara berteriak atau menangis ketika ditegur karena tidak tahu harus berbuat apa.
Terkait hal ini, orangtua perlu melakukan beberapa tindakan untuk mengubah sikap anak yang sering berteriak atau menangis saat dinasihati.
Perubahan harus dimulai dari orangtua karena keterampilan orangtua mengendalikan emosi jauh lebih baik dibanding anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.