“Misalnya anak saat lahir panjang badannya pendek, kemudian dia sedang dalam proses catch up di usia satu tahun. Kalau dia ‘ketangkep’ survei di usia itu bisa-bisa dibilang stunting. Hati-hati juga pada anak yang lahir dengan berat rendah, biasanya akan tetap pendek sampai ia berusia 3-4 tahun,” katanya.
Baca juga: Dua Strategi Jokowi Ini Diharapkan Turunkan Angka Stunting Jadi 14 Persen
Menurut data Riskesdas, prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi, yakni hampir 30 persen. Pemerintah pun menargetkan untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Menurut Aman, jika tinggi badan anak tidak sesuai usianya, perlu diselidiki penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan darah hingga rontgen.
Jika pendek memang disebabkan karena malnutrisi sehingga stunting, maka diperlukan intervensi gizi.
“Intervensi untuk anak yang pendek karena kurang gizi bisa dengan pemberian makan, terutama komponen protein,” katanya.
Sebaliknya, jika anak pendek bukan karena malnutrisi, pemberian intervensi gizi dapat membuat anak menjadi obesitas.
Baca juga: 3 Cara Mencegah Stunting pada Anak, Penuhi Kebutuhan Nutrisi Ibu Ketika Hamil
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.