Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Mau Kompres Es untuk Sakit Otot? Coba Pikirkan Lagi

Kompas.com, 21 Mei 2021, 11:34 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber NY Times

KOMPAS.com - Setelah olahraga berat atau karena cedera, banyak dari kita bergantung pada kompres es untuk mengurangi rasa sakit dan bengkak pada otot yang berdenyut.

Tetapi sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa icing mengubah lingkungan molekuler di dalam otot yang cedera dan mendatangkan dampak negatif, dan justru memperlambat penyembuhan.

Penelitian ini memang menggunakan tikus sebagai bahan eksperiman -bukan manusia. Namun temuannya diyakini berguna untuk memberi pandangan baru. 

Disebutkan, riset ini membuktikan bahwa mengompres otot dengan es setelah olahraga berat bukan hanya tidak efektif; namun bisa menjadi kontraproduktif.

Baca juga: Sakit Kepala Terasa Mengganggu, Coba Atasi dengan Kompres Es Batu

Es memang dikenal bisa membekukan area yang terkena dampak, menghilangkan rasa sakit, dan mencegah pembengkakan serta peradangan.

Kondisi itulah yang diyakini oleh banyak atlet dapat membantu menyembuhkan otot yang sakit lebih cepat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan olahraga mulai membuang pemahaman itu.

Dalam sebuah penelitian di tahun 2011, terungkap, mereka yang mengompres otot betis yang robek merasakan sakit kaki yang sama di kemudian hari, seperti mereka yang membiarkan kaki tanpa kompres.

Mereka pun tetap tidak dapat kembali bekerja atau aktivitas lain dengan lebih cepat.

Tinjauan ilmiah tahun 2012 menyimpulkan, atlet yang mengompres otot yang sakit setelah latihan berat, justru mengalami pemulihan otot lebih lambat daripada yang tak melakukan itu.

Pada riset di tahun 2015 tentang latihan beban pun mengungkap temuan serupa.

Pria yang secara teratur menggunakan kompres es setelah latihan malah mengalami kelambatan dalam kekuatan, ukuran, dan daya tahan otot daripada yang pulih tanpa es.

Kendati demikian, masih sedikit fakta yang terungkap tentang bagaimana icing benar-benar memengaruhi otot yang sakit dan rusak pada tingkat mikroskopis.

Apa yang terjadi jauh di dalam jaringan itu ketika kita membekukannya, dan bagaimana perubahan molekuler di sana, serta bagaimana kemungkinan menghalangi pemulihan otot?

Baca juga: Intip, Olahraga Pagi Patrick Schwarzenegger Bangun Otot dan Usir Lemak

Nah, dalam penelitian terbaru yang diterbitkan bulan Maret lalu di Journal of Applied Physiology, para peneliti di Universitas Kobe, Jepang dan institusi lain mengungkap hal ini.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau