KOMPAS.com - Anak dapat mengalami emosi negatif yang dapat berkembang menjadi ledakan emosi atau tantrum.
Tantrum adalah ledakan emosi yang pada umumnya disebabkan oleh keterbatasan kemampuan bahasa anak untuk mengekspresikan perasaannya.
Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak & remaja, dr Anggia Hapsari, SpKJ(K), hal ini sebetulnya wajar. Tapi, dalam beberapa kondisi perlu diwaspadai.
"Anak tantrum umumnya disebabkan oleh terbatasnya kemampuan bahasa anak untuk mengekspresikan perasaannya."
"Sehingga mereka hanya dapat meluapkan emosinya dengan cara meronta, berteriak, menangis, menjerit, serta menghentakkan kedua kaki dan tangannya ke lantai," kata Anggia kepada Kompas.com, Rabu (9/6/2021).
Lalu, kapan perilaku tantrum anak perlu diwaspadai? Beberapa tanda perilaku tantrum anak perlu diwaspadai antara lain:
"Jika tantrum pada anak tampak terlalu sering atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan profesional, seperti psikiater anak atau psikolog anak untuk mendiskusikan masalah emosi perilaku tersebut dan cara tepat menanganinya," paparnya.
Baca juga: 5 Cara agar Tenang dan Terkendali Saat Anak Tantrum
Menurut Anggia, tantrum dapat disebabkan karena pola asuh yang inkonsisten serta permisif sejak usia dini.
Misalnya, saat anak mengamuk untuk mendapatkan sesuatu dan orangtua menuruti keinginannya, anak akan cenderung mengulangi cara tersebut di kemudian hari.
"Jika terus dibiarkan, hal tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk bagi anak," ucapnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.