Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Nyleneh Para Atlet Olimpiade dari Masa ke Masa

Kompas.com - 25/07/2021, 20:57 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah ditunda pada tahun lalu akibat pandemi, Olimpiade Tokyo 2020 resmi dibuka dengan nyala obor di Olympic Stadium, Jepang pada hari Jumat (23/7/2021).

Berbeda dari edisi sebelumnya, Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 dengan tema "United by Emotion" itu tidak digelar secara terbuka.

Selain perjuangan para atlet dari masing-masing negara, ada satu hal lagi yang menarik untuk disimak dalam ajang empat tahunan tersebut, yakni pakaian atau aksesori yang dikenakan atlet.

Pada dasarnya Olimpiade bukanlah panggung fesyen layaknya ajang olahraga lain seperti Piala Dunia, atau Euro 2020 yang baru saja berakhir.

Tetapi bukan berarti pemandangan atlet yang memamerkan item fesyen di Olimpiade menjadi pemandangan "langka" lho.

Kami sudah merangkum sejumlah momen di mana atlet mengenakan gaya terbaik, terunik, dan paling berkesan pada beberapa Oimpiade di bawah ini.

1. Sepatu Nike emas Michael Johnson (Olimpiade Atlanta 1996)

Sepatu Nike warna emas yang dipakai Michael JohnsonDON EMMERT / AFP Sepatu Nike warna emas yang dipakai Michael Johnson
Michael Johnson sempat gagal membawa pulang medali emas di final 200 meter di Olimpiade Barcelona 1992.

Pada Olimpiade Atlanta 1996, ia berniat meraih medali emas untuk nomor lari 200 meter dan 400 meter.

Biasanya, untuk menghindari kegagalan di ajang berikutnya, seorang atlet tidak akan bertindak gegabah dan menarik perhatian. Namun apa yang dilakukan Johnson justru sebaliknya.

Pria tercepat di dunia saat itu meminta merek perlengkapan olahraga Nike untuk menciptakan sepatu yang ringan dan stabil, namun juga mampu mencengkeram lintasan lari.

"Saya ingin terlihat sangat keren," kata Johnson, seperti dikutip laman Highsnobiety.

"Kami bekerja sama sekitar satu setengah tahun untuk membuat sepatu ini mencapai semua tujuan itu."

"Lalu saya bertanya kepada Tobie Hatfield, 'bisakah Anda membuat sepatu itu berwarna emas?' Ia pun menjawab 'tentu saja bisa'. Saya tidak berpikir mereka menganggap saya serius," lanjut dia.

Permintaan Johnson untuk dibuatkan sepatu emas oleh Nike tidaklah sia-sia, karena ia memenangkan nomor lari 200 meter dan 400 meter saat itu.

Rekor lari 200 meter Johnson dipecahkan oleh Usain Bolt sekitar 12 tahun kemudian, tepatnya di Olimpiade Beijing 2008.

Dalam ajang tersebut, Bolt memakai sepatu Puma keemasan dengan spike di bagian bawah.

2. Hiasan gigi Ryan Lochte (Olimpiade London 2012)

Hiasan gigi Ryan LochteFABRICE COFFRINI / AFP Hiasan gigi Ryan Lochte
Grill atau perhiasan gigi mulai terlihat di kalangan artis hip-hop di New York, AS pada era 1980-an, dan kian populer selama pertengahan 2000-an.

Lantas bagaimana jika aksesori gigi yang identik dengan gaya jalanan itu dipakai oleh seorang atlet renang?

Itulah yang dilakukan atlet bernama Ryan Lochte pada Olimpiade London 2012.

Setelah memenangkan medali emas di ajang itu, dia tersenyum di atas podium dan memerlihatkan grill senilai 25.000 dollar AS yang dirancang oleh Johnny Dang.

Seorang perancang busana mengaku tidak senang dengan aksesori yang dikenakan Lochte.

"Saya benar-benar sedikit kesal saat melihatnya (Lochte). Ini sangat tidak sesuai dengan citranya dan olahraga yang diwakilinya," ucap sang perancang busana kepada The New York Times.

"Berenang adalah olahraga yang elegan, segala sesuatu tentang kelembutan, seperti kelembutan air."

3. Setelan Nike Swift Cathy Freeman (Olimpiade Sydney 2000)

Cathy Freeman berlari dalam final lomba 400m 25 September 2000 di Olimpiade SydneyPATRICK HERTZOG Cathy Freeman berlari dalam final lomba 400m 25 September 2000 di Olimpiade Sydney
Pelari Cathy Freeman memenangkan medali emas di nomor lari 400 meter dalam Olimpiade Sydney 2000, dengan mengenakan setelan Nike Swift.

Swift suit yang tampak seperti pakaian astronot itu dibuat oleh pria asal Inggris, Eddy Harber.

Sebelumnya Harber juga merancang pelindung tubuh (body armor) untuk militer Inggris.

Ceritanya, Harber menerima telepon dari departemen inovasi Nike. Dia diminta untuk mendesain setelan Swift bagi Freeman.

Merek perlengkapan olahraga asal Oregon, AS itu mengemukakan teori bahwa pakaian yang menonjolkan tekstur tubuh dapat menurunkan hambatan aerodinamis pada pelari.

Maka jadilah Olimpiade Sydney ditetapkan sebagai debut setelan Swift, yang dipakai oleh Freeman.

Namun saat itu, penampilan Freeman dengan pakaian tersebut lebih terlihat seperti karakter penjahat dalam film superhero, bukan seorang atlet Olimpiade.

"Kami mengukur kecepatan setiap bagian tubuh, ukuran setiap bagian tubuh, dan di terowongan angin (wind tunnel) kami menguji semua jenis kain dan menetapkan kain berbeda ke bagian tubuh berbeda," sebut Harber.

Menurut salah satu ahli yang ikut mengerjakan setelan Swift Freeman, setelan itu menghasilkan pengurangan hambatan antara lima hingga 10 persen.

"Pada akhirnya, saya menikmati apa yang saya rasakan ketika berlari, meskipun saya memiliki keraguan tentang penampilan saya dengan pakaian tersebut," kata Freeman.

4. Trenchcoats musim dingin Tim Unified (Olimpiade Albertville 1992)

Trenchcoat yang dikenakan kontingen negara-negara bekas SovietSTAFF / AFP Trenchcoat yang dikenakan kontingen negara-negara bekas Soviet
Olimpiade Albertville 1992 yang dihelat di musim dingin menyajikan tontonan unik.

Tim Unified yang berisi atlet dari enam negara bekas Republik Soviet --Rusia, Ukraina, Kazakhstan, Belarus, Uzbekistan, dan Armenia-- mengenakan trenchcoat atau jas hujan Balenciaga dengan corak warna berbeda-beda.

Kemungkinan tampilan ini diterapkan untuk merayakan berakhirnya Perang Dingin satu tahun sebelumnya.

5. Kacamata hitam Oakley Ato Boldon (Olimpiade Sydney 2000)

Oakley Overthetop saat dikenakan Ato BoldonOakley Oakley Overthetop saat dikenakan Ato Boldon
Kacamata yang memiliki desain aneh adalah hal yang wajar di tahun 2021.

Namun desain kacamata Oakley Overthetop yang dipakai Ato Boldon di Olimpiade Sydney 2000 kelewat nyeleneh dan terlalu futuristik, sehingga membuat publik terheran-heran kala itu.

Kacamata ini memiliki lensa berwarna merah dan gagang yang melewati bagian atas kepala.

Oakley mendesain Overthetop sebagai upaya kolaborasi dengan film Blade II yang dibintangi Wesley Snipes.

Dalam film tersebut, Snipes yang berperan sebagai Blade mengenakan kacamata Overthetop dengan sedikit ubahan.

Kacamata Overthetop kembali dirilis ulang di tahun ini dengan harga 2.000 dollar AS atau sekitar Rp 28,9 juta.

Padahal, saat diluncurkan di tahun 2000, harga kacamata ini hanyalah 185 dollar AS atau lebih kurang Rp 2,6 juta.

Baca juga: Kacamata Alien Oakley Dirilis Lagi, tapi Hanya 20 Buah

6. Lensa kontak Puma Linford Christie (Olimpiade Atlanta 1996)

Linford Christie dengan lensa kontak PumaAF Linford Christie dengan lensa kontak Puma
Sesaat sebelum bertanding di Olimpiade Atlanta, sprinter asal Inggris Linford Christie memakai lensa kontak Puma berukuran besar dan menunjukkannya kepada awak media.

Momen di mana Christie memamerkan lensa kontak tersebut sangat berarti bagi merek Puma.

Para ahli menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Christie kala itu merupakan ambush marketing yang sempurna, mengingat sponsor resmi Olimpiade Atlanta bukanlah Puma, melainkan Reebok.

Di dunia pemasaran, istilah ambush marketing merujuk pada upaya atau perilaku sebuah merek untuk memanfaatkan popularitas dalam sebuah acara yang disponsori oleh merek lain.

"Anda mendapatkan halaman belakang tabloid. Itu adalah jenis iklan yang tidak dapat Anda beli," kata jurubicara Puma saat itu.

"Apa yang kami lakukan adalah memaksimalkan kontrak kami dengan seorang atlet di puncak ketenarannya."

Christie --yang mewakili Puma, bukan satu-satunya "pelaku" ambush marketing di Olimpiade Atlanta 1996.

Merek berlogo centang Nike juga mengekspos logo perusahaan secara besar-besaran dalam bentuk bendera, bahkan sampai membangun wisma atlet khusus Nike yang bersebelahan dengan wisma resmi Olimpiade.

7. Seragam basket Grateful Dead Lithuania (Olimpiade Barcelona 1992)

Seragam unik tim basket LithuaniaANDREW D. BERNSTEIN / NBAE Seragam unik tim basket Lithuania
Tim basket Lithuania berhasil menarik perhatian publik di Olimpiade Barcelona 1992.

Satu hal yang membuat tim ini menarik bukanlah gaya permainan mereka, melainkan seragam yang dikenakan para pemain.

Seragam tim basket Lithuania di ajang tersebut adalah kaus bermotif tie-dye dengan gambar tengkorak yang disponsori oleh band rock The Grateful Dead.

Singkat cerita, salah satu bintang tim basket Lithuania, Sarunas Marciulionis dan asisten pelatih Donnie Nelson menemui para personel The Grateful Dead dalam sebuah kesempatan di San Francisco.

Marciulionis menjanjikan sebagian besar gaji yang dia terima dari timnya Golden State Warriors akan digunakan untuk membantu mendanai negaranya dalam Olimpiade 1992.

Terinspirasi oleh tindakan sang pemain, The Grateful Dead menulis cek kepada asosiasi bola basket Lithuania sebesar 5.000 dollar AS dan memberi mereka izin untuk menjual merchandise resmi band.

Jurubicara band Dennis McNally mengklaim bahwa 20.000 kemeja terjual di minggu pertama.

Pendapatan dari penjualan merchandise akhirnya digunakan untuk mendanai partisipasi tim Lithuania di Olimpiade berikutnya pada tahun 1996 di Atlanta.

8. Seragam Issey Miyake Lithuania (Olimpiade Barcelona 1992)

Seragam kontingen Lithuania rancangan Issey Miyakeinstagram Seragam kontingen Lithuania rancangan Issey Miyake
Bukan hanya The Grateful Dead satu-satunya pihak yang membantu Lithuania dalam partisipasi mereka di Olimpiade 1992.

Perancang busana asal Jepang, Issey Miyake juga menyediakan seragam lipit berteknologi tinggi secara cuma-cuma kepada negara tersebut.

Sebelumnya, Miyake mengaku tidak pernah terlibat untuk mendesain busana bagi tim olahraga di negara asalnya. Pasalnya, dunia olahraga Jepang dinilai terlalu konservatif.

Sementara itu, Lithuania adalah negara yang baru merdeka setelah keruntuhan Uni Soviet pada 1991, dan negara ini menawarkan lebih banyak kebebasan bagi sang desainer untuk berekspresi.

Hasilnya, lahirlah seragam Lithuania yang dibekali kain eksklusif yang dibuat dengan teknik khusus, ritsleting berukuran besar, dan lipatan.

Di bagian belakang seragam tersebut, terdapat lambang lima cincin Olimpiade dalam lima warna.

Sedangkan bagian kerah menampilkan bendera nasional Lithuania yang dapat digulung.

Miyake juga membekali setiap pemain dengan topi baseball berwarna metalik.

"Rancangan Miyake adalah mode yang sedikit memberontak, tetapi juga menampilkan banyak iklan dan kecerdasan," demikian sebuah tulisan yang terpampang di artikel The New York Times.

9. Anti-uniform Burton tim snowboarding AS (Olimpiade Vancouver 2010)

Seragam tim snowboarding ASSTREETER LECKA Seragam tim snowboarding AS
Manufaktur papan seluncur Amerika, Burton Snowboards menghadirkan beberapa kreasi di ajang Olimpiade Vancouver 2010.

Pada 2006, perusahaan yang bermarkas di Vermont tersebut menciptakan sebuah pakaian dengan mengambil inspirasi dari seragam yang dipakai tim snowboarding AS dalam pertandingan di Turin, Italia.

Empat tahun kemudian, seragam itu dimodifikasi dengan diberi motif kotak-kotak, dipadukan bersama celana jins bootcut usang.

Baik atasan maupun bawahan tersebut dibekali teknologi Gore-Tex.

Jelas bahwa desain seragam tim snowboarding AS yang digarap Burton ini tidak tampak seperti seragam olahraga, melainkan setelan yang biasa dikenakan musisi grunge saat manggung.

Namun, setelan kotak-kotak dengan celana jins ini sangat cocok dengan etos snowboarding.

"Sebagian besar olahraga papan adalah tentang mengekspresikan individualitas, itulah yang membuat olahraga papan keren," kata Greg Dacyshyn, direktur kreatif Burton Snowboards.

"Jadi, segala hal tentang seragam adalah subjek yang sensitif."

10. Kacamata hitam Ed Moses (Olimpiade Seoul 1988)

Edwin Moses di Olimpiade Seoul 1988Bob Martin Edwin Moses di Olimpiade Seoul 1988
Kacamata aviator yang dipamerkan Ed Moses di Olimpiade Seoul 1988 adalah kacamata yang unik, karena bagian kacanya akan berubah menjadi gelap ketika pemakainya berada di luar ruangan.

Tidak hanya kacamata aviator itu saja yang menarik perhatian penonton. Legenda di lintasan lari ini juga bertanding dengan mengenakan rantai emas, kalung, cincin perak, dan gelang.

Di balik penampilannya yang flamboyan, Moses adalah atlet yang tidak diberkahi dengan bakat namun mampu melewati sembilan tahun, sembilan bulan, dan sembilan hari tanpa satu kekalahan.

Pencapaian Moses terasa lengkap usai ia menjabat sebagai ketua Badan Anti-Doping AS (Anti-Doping Agency).

Sebab, saat itu penggunaan narkoba di kalangan atlet meningkat.

11. Seragam basket USA Dream Team (Olimpiade Barcelona 1992)

Michael Jordan di Olimpiade Barcelona, 2 Agustus 1992.DIMITRI MESSINIS / AFP Michael Jordan di Olimpiade Barcelona, 2 Agustus 1992.
Jika sebuah tim basket dipenuhi nama-nama seperti Michael Jordan, Scottie Pippen, Magic Johnson, Charles Barkley, dan Larry Bird, maka layak rasanya jika tim itu disebut sebagai Dream Team.

Olimpiade Barcelona 1992 adalah olimpiade pertama di mana pemain NBA diizinkan berpartisipasi dalam turnamen.

USA Dream Team tidak hanya meraih kemenangan. MJ dan kawan-kawan juga berhasil meriuhkan suasana di Barcelona.

Awak media, fans, dan seluruh pihak memberikan pujian atas upaya yang dilakukan USA Dream Team baik di dalam maupun di luar lapangan.

Hampir 30 tahun setelah Olimpiade 1992, mungkin kita masih dapat menyaksikan ada penggemar basket di luar sana yang mengenakan jersey USA Dream Team.

Pencapaian tim basket Amerika 1992 dan jersey bersejarah yang dipakai para pemain akan selalu diingat oleh publik Amerika, juga dunia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com