Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 6 September 2021, 06:18 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber MSN

KOMPAS.com - Biasanya, orang yang pindah kerja ke kantor baru akan diselimuti perasaan senang, apalagi jika gaji dan fasilitas yang ditawarkan lebih baik dari kantor lama.

Tetapi kepindahan ke perusahaan baru tentu diikuti dengan berbagai macam penyesuaian.

Masalahnya, tidak semua orang bisa berdaptasi dengan tugas atau lingkungan kerja yang baru.

Kebanyakan orang yang sulit beradaptasi pada akhirnya memertimbangkan untuk resign, bahkan terbesit untuk kembali ke kantor lama.

Baca juga: Terjebak pada Pekerjaan yang Tak Disukai, tapi Ragu untuk Resign?

Jika pekerjaan baru tidak sesuai harapan, apa yang sebaiknya kita lakukan?

Menurut Amy Drader, konsultan manajemen di Growth Partners Consulting, kunci menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru yang tidak sesuai harapan adalah melatih kesabaran.

Juga, kita harus memahami proses pembelajaran (learning process) terkait tugas baru yang dipegang di kantor baru.

  • Bertahan di kantor tersebut setidaknya satu tahun

Selama tempat kerja baru kita tidak melanggar hukum dan etika, atau membahayakan kesehatan mental dan fisik, bertahanlah setidaknya selama 1-2 tahun, demikian saran Drader.

Komitmen untuk bertahan sekitar satu tahun di tempat kerja tersebut akan membantu menghilangkan ketidakpastian mengenai tugas yang harus kita lakukan.

Baca juga: Jangan Resign Sebelum Dapat Pekerjaan Baru, Kenapa?

Selain itu, kita memiliki kesempatan untuk memahami lebih jauh peran baru dan tanggung jawab kita.

"Biasanya tahun-tahun pertama adalah masa yang sulit, terutama saat kita meningkatkan keahlian dan cakupan tanggung jawab kita," ujar Drader.

"Kita tidak akan mendapatkan gambaran lengkap terkait pekerjaan itu sampai kita bekerja selama 12 bulan."

Dengan mencoba bertahan di kantor baru, kita juga akan mendapatkan kejelasan jika pekerjaan dan lingkungan di kantor itu benar-benar menyebalkan atau tidak.

  • Memaklumi ketidaknyamanan dalam proses pembelajaran

Pekerjaan baru biasanya terasa tidak nyaman, karena banyak hal perlu dipelajari.

Tahapan ini bisa menimbulkan kesulitan, ditambah kita merasa kehilangan kemampuan untuk menjadi pekerja yang kompeten karena ketidaktahuan kita.

"Dalam peran kita sebelumnya, kita memiliki tingkat keahlian dan pengetahuan yang memberikan kita kepercayaan diri," tulis Drader.

"Kita tidak perlu memikirkan siapa yang harus diajak bicara atau bagaimana melakukan sesuatu, karena kita sudah tahu."

Baca juga: Masalah Perjalanan dari dan ke Kantor Picu Karyawan Resign

Saat kita memulai pekerjaan baru, kita akan kehilangan semua kemampuan itu.

Drader menyarankan untuk menerapkan Conscious Competence Model atau model kompetensi kesadaran untuk memahami empat tahapan pembelajaran, yang terdiri dari:

1. Ketidakmampuan yang tidak disadari (unconscious incompetence)

Unconscious incompetence adalah tahap di mana kita tidak tahu hal yang kita tidak ketahui.

Sederhananya, kita mungkin tidak menyadari pengetahuan atau keterampilan yang kurang dikuasai.

Ini bukanlah tahapan yang baik untuk tumbuh sebagai seorang individu.

2. Ketidakmampuan yang disadari (conscious incompetence)

Conscious incompetence adalah ketika kita menyadari betapa banyak hal yang tidak diketahui.

Tahapan ini terasa sangat tidak nyaman, dan kita mudah merasa kehilangan arah atau kesepian.

Jika dalam pekerjaan baru kita kewalahan dengan semua hal yang harus dipelajari, atau sering melakukan kesalahan, tandanya kita mengalami conscious incompetence.

Baca juga: Jangan Langsung Ajukan “Resign” pada HRD, tetapi...

Perlu diketahui, setiap orang pernah melalui tahap ini di satu titik. Tahap ini pula yang menjadi bagian penting dari perkembangan kita sebagai profesional di tempat kerja.

3. Kemampuan yang disadari (conscious competence)

Kompetensi atau kemampuan yang disadari adalah tahap di mana kita sudah memeroleh pemahaman yang luas, dan mencapai keberhasilan.

Namun kita juga menyadari bahwa kita masih harus terus belajar.

Ketika kita menyadari diri kita kompeten, besar kemungkinan kita dapat meraih suatu target meskipun kita belum mengetahui caranya saat ini.

4. Kemampuan yang tidak disadari (inconscious competence)

Pada tahapan ini, segala sesuatu yang kita pelajari sudah "mendarah daging" dalam diri kita, sampai-sampai kita tidak perlu lagi memikirkan secara sadar tindakan apa yang harus dilakukan.

Baca juga: Tolong Deh... Jangan Asal Resign!

Inconscious competence banyak dialami atlet olahraga yang sudah melatih keterampilan mereka selama bertahun-tahun.

Misalnya, jika kita meminta petenis veteran yang lebih dari 15 tahun menghabiskan waktunya di lapangan tenis untuk menjelaskan cara servis yang benar, bisa jadi petenis itu kesulitan mengungkapkan caranya.

Sebab, gerakan-gerakan dalam tenis sudah menjadi keseharian mereka, sehingga mereka tidak lagi harus berpikir.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau