KOMPAS.com - Membaca novel fiksi sering dianggap sebagai hobi yang remeh dan tidak bermanfaat.
Kisahnya yang berpatok pada rekaan si penulis semata itu dianggap tidak memberikan ilmu.
Berbeda dari membaca buku non fiksi dengan tema-tema yang lebih berat misalnya politik atau sains yang dinilai lebih sarat ilmu pengetahuan.
Anggapan inilah yang jadi bahan perdebatan netizen Twitter. Seseorang yang gemar membaca novel fiksi dijadikan sasaran book shaming, tindakan menghakimi orang lain berdasarkan buku yang dibacanya.
Baca juga: 5 Novel Fiksi Bacaan Jisoo Blackpink yang Viral di Twitter
Pada dasarnya, membaca buku adalah hobi yang positif dan amat berguna bagi kita, baik fiksi maupun non-fiksi.
Membaca buku fiksi mengajak kita berpetualang dalam dunia khayalan yang penuh dengan pelajaran hidup. Selain itu, genre ini juga menjadi cara yang ampuh untuk memahami orang lain, memanfaatkan kreativitas, dan melatih otak kita.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tujuh manfaat dari kebiasaan membaca novel fiksi:
Membaca novel fiksi mengajarkan kita untuk lebih belajar berempati pada orang lain.
Sejumlah penelitian membuktikan, membayangkan cerita membantu mengaktifkan daerah otak yang bertanggung jawab untuk lebih memahami orang lain dan melihat dunia dari perspektif baru.
Hal ini mungkin terjadi karena ketika membaca tentang suatu situasi atau perasaan, rasanya seolah-olah kita merasakannya sendiri.
Baca juga: 6 Kebiasaan untuk Mengasah Rasa Empati, Mau Coba?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.