KOMPAS.com - Sebanyak 34 persen wanita berhenti menggunakan alat kontrasepsi karena alasan efek samping yang ditimbulkan pada tubuh.
Hal ini berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dari hasil ini, total peserta aktif program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia saat ini mencapai 36,8 juta jiwa.
Namun, hanya 57 persen dari perempuan usia subur 15-49 tahun yang telah menikah yang menggunakan kontrasepsi modern. Padahal, jenis kontrasepsi modern jauh lebih aman dalam mencegah kehamilan.
Keputusan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi ini tentunya dapat memicu terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan berbagai implikasi lainnya.
Di sisi lain, kesadaran soal kesehatan reproduksi dan pentingnya kontrasepsi masih sangat rendah di kalangan pria. Sangat sedikit kaum adam yang bersedia menggunakan alat kontrasepsi, yakni sebesar 3,62 persen.
Padahal, kesediaan pria untuk menggunakan alat kontrasepsi amat penting dalam perencanaan kehamilan di dalam keluarga.
Dr. Emi Nurjasmi M.Kes, Ketua Umum PB Ikatan Bidan Indonesia (IBI) membenarkan jika selama ini pilihan kontrasepsi memang lebih banyak ditujukan untuk wanita. Bagi pria, pilihan maupun kesediaannya masih amat minimal yakni dengan vasektomi dan kondom.
"Sebetulnya memang keseimbangan hak reproduksi laki-laki dan perempuan harus disesuaikan, jangan perempuan aja yang diminta untuk menggunakan kontrasepsi," ujarnya dalam Webinar Hari Kontrasepsi Sedunia 2021 secara daring, Kamis (29/09/2021).
Kalis Mardiasih, selaku aktivis perempuan dan pengamat isu kesehatan reproduksi mengatakan sudah seharusnya laki-laki lebih berpartisipasi dalam penerapan kontrasepsi dalam mengatur kehamilan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.