KOMPAS.com – Saat ini, sepeda gravel dengan stang datar (flat handlebar) cukup banyak dibicarakan di kalangan pecinta sepeda.
Memang, flat handlebar pada sepeda gravel ini diklaim dapat membuat kita lebih mudah mengontrol sepeda karena daya ungkit tangan bertambah, membuat sepeda lebih mudah dikendarai.
Keuntungan di atas memang terasa menyenangkan, dan para pengendara sepeda gunung pun bisa membuktikan bahwa perbedaan beberapa millimeter saja dapat membuat perbedaan besar saat bersepeda di jalan setapak.
Namun, mengganti drop bar menjadi flat bar rupanya tak hanya memiliki beberapa keuntungan, tapi juga kekurangan, yaitu dalam hal jangkauan.
Pasalnya, meski kebanyakan drop bar modern telah mencapai dimensi sekitar 65-80 mm, hampir semua flat bar memiliki beberapa tingkat rearward sweep. yang berarti hanya menukarnya tanpa mengubah geometri sepeda untuk mengimbanginya, membuat sepeda terasa sangat pendek, mirip dengan sepeda gunung model lama.
Ya, pada pertengahan hingga akhir 1990-an, mayoritas frame sepeda menampilkan tabung atas dengan panjang sekitar 600 mm, sementara frame sepeda yang lebih modern memiliki dimensi jangkauan lebih dari 400 mm.
Saat ini, banyak sepeda gravel dengan flat-bar yang menggunakan geometri frame yang sama dengan sepeda gravel drop-bar. Artinya, dimensi jangkauannya lebih pendek, sekitar 370-390 mm, lebih pendek dibanding bar pada sepeda zaman dulu.
Sudut head tube dalam sepeda gravel memang terlihat sedikit mengendur, sekitar satu atau dua derajat. Kendati demikian, tidak terlalu banyak berubah.
Sementara ukuran ban sepedanya hampir sama.
Dulu, sepeda gunung umumnya memiliki ban dengan lebar 48 hingga 53 milimeter. Dan kini, sepeda gravel pun memiliki ban yang sama lebarnya, sekitar 48-53 mm. Persis bukan?
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.