KOMPAS.com - Tren belanja online semakin meningkat di seluruh dunia, khususnya selama pandemi Covid-19.
Berbelanja lewat e-commerce memang menyenangkan, lebih murah dan mudah dilakukan.
Kita tak perlu keluar rumah, hanya perlu memanfaatkan kecanggihan smartphone dan internet untuk mendapatkan barang impian.
Sayangnya, kebiasaan belanja online cenderung tidak ramah lingkungan karena menghasilkan banyak sampah.
Baca juga: Ketika Gede Robi Navicula Bicara Soal Sampah Plastik...
Produk yang kita beli dikemas dengan banyak kertas dan plastik untuk memastikannya aman selama perjalanan.
Hasilnya, kita memiliki tumpukan kardus, sisa selotip, bubble wrap, paper bag dan sisa kemasan lainnya.
Sejumlah kota di Indonesia sudah menerapkan aturan bebas kantong plastik di pusat perbelanjaan.
Konsumen diminta membawa tas sendiri untuk menekan jumlah sampah plastik, yang tidak baik untuk bumi.
Namun perilaku ini masih sulit diterapkan dalam pola belanja online yang kini lebih populer.
Pasalnya, bubble wrap dan kardus dianggap masih diperlukan untuk memastikan produk tetap utuh dan aman selama proses pengiriman.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.