Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 29 Desember 2021, 06:06 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Hal ini dicontohkan Bumble lewat data yang mereka rangkum di India. Di negara ini, sebanyak 52 persen pengguna punya keinginan berkencan berdasar hobi.

Ini adalah cara mudah untuk kembali berkencan pascapenguncian wilayah dengan melakukan sesuatu yang sudah disukai dan agar tetap terhubung melalui hobi yang sama.

4. Melajang adalah hal wajar

Tahun 2021 telah memberikan banyak waktu untuk menyendiri. Tapi, bukan berarti di tahun 2022 minat orang-orang untuk berkencan akan meningkat.

Justru, pandemi Covid-19 membuat banyak orang semakin rasional dalam berpikir. Menurut Bumble, orang-orang tidak akan sembarangan memilih pasangan kencan.

Mayoritas secara sadar memutuskan untuk melajang dan apabila ingin berkencan akan mempertimbangkan bagaimana, kapan, dan dengan siapa mereka berkencan.

5. Memperbaiki hubungan

Tahun 2020 diprediksi banyak pasangan yang memperbaiki termasuk mengatur ulang hubungan mereka.

Dengan banyak perubahan selama pandemi, orang-orang telah belajar untuk memberi orang lain lebih dari satu kesempatan.

Misalnya di India, menurut Bumble sebanyak 71 persen pengguna siap untuk mengatur ulang hubungan di tahun baru.

Orang-orang ingin mencari pasangan yang bisa terhubung secara emosional dan bisa menemani di masa-masa yang sulit.

6. Pertemanan melalui aplikasi kencan

Banyak orang selalu beranggapan bahwa aplikasi kencan hanya diperuntukkan mencari pasangan atau jodoh.

Tapi, jangan salah, di tahun 2022 aplikasi kencan justru diprediksi dimanfaatkan untuk mencari teman.

Pertemanan yang berada di titik tengah antara kencan biasa dan serius, memberi peluang besar bagi para lajang untuk mengobrol, berinteraksi, dan membangun hubungan yang sehat tanpa harus berkencan.

7. Berkencan secara virtual

Prediksi lainnya adalah tren berkencan secara virtual tetap digandrungi banyak orang di tahun 2022.

Pasalnya, pandemi telah membuat orang-orang terikat erat dengan media sosial dan situs online, yang memungkinkan mereka terhubung satu sama lain.

Menurut Quack Quack, sebuah platform kencan, hampir 73 persen orang yang berstatus lajang akan selalu mempertimbangkan kencan virtual sebagai cara untuk menanam bibit cinta tanpa tekanan, ketimbang kencan biasa.

Sementara itu, sebanyak 75 persen merasa kencan virtual bisa menjadi penghilang stres dan sekitar 61 persen menilai kencan virtual membuat koneksi dan hubungan bisa meningkat secara lebih mudah.

“Dua tahun terakhir telah mengajari kami bahwa orang-orang menjadi lebih sadar akan apa yang mereka cari dalam diri pasangan dan memutuskan berkencan pada waktu dan kecepatan mereka sendiri," ujar Direktur Komunikasi Bumble India, Samarpita Samaddar.

Ada pun, kencan online dapat menjadi alternatif untuk mengusir rasa kesepian yang parah akibat pandemi.

Jadi, tidak ada salahnya memanfaatkan aplikasi kencan untuk mendapatkan pasangan di masa-masa sulit.

Baca juga: Fakta Mengejutkan dari Pasangan yang Bertemu di Aplikasi Kencan

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau