Orang-orang di masa itu memilih titik balik musim semi, sekitar tanggal 20 Maret, untuk menandai awal Tahun Baru mereka.
Selain peradaban Mesopotamia yang sudah mengenal Tahun Baru, ternyata peradaban Mesir, Persia, dan Fenisia, memilih ekuinoks musim gugur, sekitar tanggal 20 September, sebagai awal Tahun Baru.
Melansir dari National Geographic, ekuinoks adalah peristiwa ketika titik subsolar sebuah planet melewati garis khatulistiwa.
Sementara itu, di belahan bumi lainnya, orang di zaman Yunani kuno memilih titik balik matahari di musim dingin, sekitar tanggal 20 Desember, untuk memulai Tahun Baru.
Karena tanggalan Tahun Baru di tiap daerah berbeda-beda, Julius Caesar lantas mengakhiri semua kebingungan dengan membuat kalender baku yang mengikuti tahun matahari.
Setelah berkonsultasi dengan para ahli ilmiah, pada tahun 46 SM, ia memperkenalkan kalender Julian.
Dalam kalender ini, 1 Januari ditetapkan sebagai hari pertama resmi di tahun yang baru.
Tanggal ini bertepatan dengan waktu tahun bahwa bumi paling dekat dengan matahari.
Selain itu, tanggal ini juga dipilih untuk menghormati Janus, seorang dewa yang menjadi asal mula nama bulan Januari.
Ia dikenal karena memiliki dua wajah, satu mengarah ke depan sebagai simbol melihat masa depan dan satunya lagi mengarah ke belakang sebagai simbol melihat masa lalu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.