KOMPAS.com - Menahan diri untuk tidak berteriak pada anak saat dia melakukan hal buruk atau tidak patuh memang sulit dilakukan.
Namun, sebaiknya itu tidak dilakukan. Sebab, komunikasi yang baik antara orangtua dan anak harus dimulai dengan adanya ketenangan.
Dokter anak Kimberly Churbock mengatakan bahwa orangtua dan pengasuh sering tak menyadari efek dari emosi dan tindakan pada anak.
“Anak-anak mirip dengan spons, mereka ‘menyerap’ bahasa tubuh dan kata-kata kita. Jadi saat kita merasa kecewa atau cemas, anak akan merasa takut, bingung dan tidak tahu bagaimana meresponsnya,” ujarnya.
Karena itulah, berteriak, menghukum, dan mengancam bukanlah cara terbaik untuk membuat anak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya.
Baca juga: 5 Cara Berhenti Berteriak pada Anak
Untuk itu, Dr. Churbock memberi beberapa tips untuk membuat anak memahami sesuatu tanpa perlu berteriak padanya.
Berikut daftarnya.
Apakah kebutuhan dasar anak sudah terpenuhi?
Ingat, anak paling easy-going saja bisa merasa terbebani dengan permintaan kita saat dia lapar atau lelah.
Anak-anak memperhatikan nada dan bahasa tubuh orangtuanya, baik saat dia tengah berkomunikasi dengan kita atau tidak.
“Kita harus memperhatikan kata-kata dan bahasa tubuh kita, terlepas dari apakah kita berinteraksi langsung dengan anak-anak atau dengan orang dewasa lainnya,” saran Dr. Churbock.
Mungkin, hal ini akan sulit dilakukan jika anak berada dalam keluarga campuran atau co-parenting, namun, ingat bahwa anak-anak dapat merasakannya ketika ada ketegangan tinggi.
Perkembangan dan pemahaman anak berbeda dengan orang dewasa. Jadi, hindari kata-kata sulit dan gunakan kalimat yang mudah dimengerti.
Misalnya, akan lebih baik untuk mengatakan “berbagi” dibandingkan “bergiliran” pada anak kecil.
Baca juga: Mengasuh Anak Tanpa Berteriak
Dokter Churbock menyarankan agar kita memberi anak rasa percaya diri bahwa dirinya dapat mengendalikan sesuatu dengan menawarkan beberapa opsi.
Misalnya, jika anak tidak mau mandi, berikan pilihan mainan apa yang ingin dibawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Dokter Churbock mengatakan bahwa pendekatan positif dan pujian jauh lebih efektif dibanding komunikasi negatif dan perilaku mendisiplinkan.
Meski anak tidak memahami nama emosi kompleks seperti frustasi, jika orangtua mengatakan, “Kamu terlihat frustasi,” perasaan anak dapat terpengaruh.
Lama kelamaan, setelah anak dapat mengekspresikan apa yang dia inginkan dan perlukan, anak akan menggunakan kata-kata ekspresif seperti itu, bukan bertindak.
Dokter Churbock juga mengatakan bahwa orangtua sebaiknya menghindar dari anak jika merasa emosi mulai memuncak.
Baca juga: Sering Berteriak pada Anak Bisa Membuat Otak Mereka Menyusut
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.