Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
TANYA PAKAR

Tanya Pakar merupakan kolaborasi Kompas.com dan para pakar di bidang nutrisi dan parenting. Kami mengundang Sahabat Kompas.com untuk mengajukan pertanyaan.

Cara Menghadapi Anak yang Malas Belajar

Kompas.com, 26 Maret 2022, 13:27 WIB
Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya memiliki anak berusia 9 tahun, laki-laki. Dia adalah anak yang sehat dan ceria. Dia juga banyak teman di lingkungan rumah. Tetapi akhir-akhir ini ia selalu malas belajar. Ia sudah mulai sekolah offline tapi ada juga yang online (hybrid).

Di sekolah kata gurunya ia baik-baik saja, tapi di rumah ia malas belajar kalau ada ulangan dan sering lupa mengerjakan PR.

Saya sudah membujuknya, dari cara halus sampai keras supaya ia mau belajar. Ada saja alasannya, mulai dari ngantuk sampai lupa. Memang nilainya tidak ada yang buruk sampai di bawah KKM, tapi sebenarnya nilainya menurun. Apa yang sebaiknya kami lakukan supaya dia kembali rajin belajar.
Amelia, Bandung

Baca juga: 3 Penyebab Anak Malas Belajar Menulis

Hai Ibu Amelia, terima kasih atas pertanyaannya ya.

Psikolog Jane Cindy Linardi M.Psi, CGADok pribadi Psikolog Jane Cindy Linardi M.Psi, CGA
Coba Ibu tanyakan kepada anak, apakah ada kesulitan dalam materi pelajaran atau tidak.
Apabila memang ada kesulitan, dapat dilakukan pembahasan bersama mengenai kesulitan yang dihadapi tersebut.

Orangtua bisa bantu mendampingi anak saat mempelajari materi yang dianggap sulit. Selain itu, Ibu dan suami juga perlu menerapkan jadwal harian untuk anak agar ia terbiasa dengan pola terstruktur.

Jangan lupa, saat menyusun jadwal harian, anak perlu dilibatkan agar jadwal disepakati bersama-sama.

Tips saat menyusun jadwal adalah dahulukan kegiatan membuat PR, tugas, atau belajar, baru
disusul dengan kegiatan bermain, menonton televisi, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar anak terbiasa untuk melakukan kewajibannya terlebih dahulu.

Baca juga: Trik Menghilangkan Kejenuhan Anak Belajar Online

Orangtua juga perlu mengetahui bahwa pembelajaran jarak jauh yang sudah berlangsung selama dua tahun sejak pandemi COVID-19 memang membuat kejenuhan pada anak-anak dalam mengikuti pembelajaran.

Usahakan ketika anak menjalani sekolah daring/online school, anak bisa melakukan kegiatan fisik minimal 1 jam atau 30 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan fisik seperti bersepeda atau olahraga ringan dapat memacu hormon endorfin. Hormon ini dapat meningkatkan suasana hati (mood) menjadi lebih baik.

Narasumber: Jane Cindy Linardi M.Psi

Psikolog dari RS Pondok Indah - Bintaro Jaya

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau