Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali, 8 Tanda Anak Remaja Berpotensi Jadi Pelaku Kekerasan

Kompas.com - 06/04/2022, 08:53 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, kembali terjadi kasus klitih di Yogyakarta yang menewaskan seorang pelajar sekolah menengah atas (SMA).

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (4/2/2020), klitih adalah tindak kekerasan yang umumnya dilakukan oleh remaja, dilandasi berbagai alasan. Bisa rekrutmen anggota geng baru atau menunjukkan eksistensi.

Nah, anak-anak remaja itu tentu tak akan melakukan kekerasan tanpa pemicu di baliknya.

Namun apa saja pemicu dan tanda-tanda kecenderungan anak bisa menjadi pelaku kekerasan?

Dilansir dari Rescue Youth, berikut daftarnya.

Korban bully

Korban bully umumnya memiliki kecenderungan tinggi melakukan kekerasan.

Ya, pengalaman di-bully merupakan situasi yang membuat sesorang merasa tak berdaya.

Hasilnya, ada dua obsesi yang bisa terbentuk, yaitu tak ingin merasa tak berdaya lagi, atau ingin balas dendam.

Hidup di lingkungan yang penuh kekerasan

Anak mempelajari sesuatu dari apa yang ia lihat.

Karena itu, anak yang terbiasa melihat kekerasan di rumah, seperti pemukulan pada anggota keluarganya, lebih berpotensi menjadi pelaku kekerasan dibanding mereka yang mempelajari perilaku itu dari luar.

Menderita gangguan kesehatan mental

Gangguan kesehatan mental yang paling umum dihadapi remaja adalah depresi dan kecemasan, yang dapat berujung pada kemarahan, frustasi, dan merasa tak berdaya.

Perasaan-perasaan itu dapat membuat anak melakukan kekerasan sebagai upaya untuk mengatasi rasa tidak tenang dalam hatinya.

Kecanduan

Penyalahgunaan obat-obatan di kalangan remaja sangat mempengaruhi perilaku mereka.

Seperti sudah diketahui, kecanduan obat kerap diasosiasikan dengan perilaku kasar.

Melakukan kekerasan pada hewan

Rescue Youth juga menyebutkan bahwa ada beberapa studi yang membuktikan bahwa anak yang sering menyiksa hewan lama-kelamaan dapat mengembangkan perilaku kekerasan pada orang lain.

Mayoritas anak yang ditangkap karena menyiksa hewan juga ditahan karena melakukan kekerasan pada manusia.

Prestasi di sekolah menurun

Banyak tenaga pendidikan yang meyakini bahwa nilai yang buruk diakibatkan karena anak kurang berusaha.

Padahal, tak selalu begitu.

Ini bisa menjadi tanda ada masalah di rumahnya atau adanya kesulitan belajar.

Dua masalah tersebut dapat dikaitkan dengan kekerasan, sehingga penting untuk mengidentifikasi apa penyebabnya.

Masuk ke geng

Tidak aneh jika remaja yang merupakan anggota geng melakukan banyak tindak kejahatan, baik kekerasan maupun sebaliknya.

Dalam budaya geng, kekerasan sering kali menjadi sarana untuk mendapatkan rasa hormat atau menunjukkan kekuatan.

Akibatnya, remaja yang merupakan bagian dari geng ini kemungkinan besar akan diminta untuk terlibat dalam beberapa perilaku kekerasan.

Melakukan tindak kriminal non-kekerasan

Remaja yang melakukan kejahatan dalam bentuk apa pun cenderung melakukan kekerasan.

Kejahatan tanpa kekerasan sendiri dapat berfungsi sebagai semacam uji coba, mempersiapkan seorang remaja untuk melakukan hal-hal yang lebih serius nantinya.

Jadi, jika anak memiliki satu atau beberapa tanda di atas, segera tangani dengan membawanya ke psikolog anak untuk mendapatkan penanganan.

Baca juga: Izinkan Anak Bawa Motor Sama dengan Mengajarkan Kekerasan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com