KOMPAS.com - Kecemasan merupakan hal yang umum terjadi pada setiap orang, termasuk pada anak.
Bahkan seperti dilansir Very Well Family, gangguan kecemasan menimpa sekitar 13 persen anak usia pra-remaja dan remaja di Amerika Serikat.
Lantas, apa saja yang perlu diketahui orangtua soal kecemasan pada anak?
Sebenarnya, kecemasan merupakan respons tubuh terhadap suatu kondisi yang menyebabkan seseorang stres.
Karena itu, kecemasan tak normal cukup sulit dideteksi karena memiliki gejala yang sama, seperti sakit perut atau sulit tidur.
Baca juga: Pandemi Memicu Gejala Depresi dan Kecemasan pada Anak
Namun, jika gejala tersebut terjadi secara terus menerus dan mulai menyakiti serta mengganggu kehidupan anak, maka gejala tersebut perlu diwaspadai.
Jika tidak, mungkin saja anak hanya memiliki sifat yang lebih pendiam dan introspektif.
Kendati demikian, orangtua tetap perlu melakukan tindak lanjut terhadap kecemasan anak.
Sebab, masalah kecemasan yang tidak ditangani dapat hadir disertai dengan masalah lain, seperti masalah suasana hati hingga gangguan makan.
Jadi, sebaiknya diskusikan kekhawatiran kita dengan dokter anak.
Jika anak mengalami kondisi gemetar, berkeringat, pusing, seperti merasa ada malapetaka yang akan datang, kemungkinan anak mengalami serangan panik.
Baca juga: Waspadai, 3 Bentuk Kecemasan yang Pengaruhi Produktivitas
Serangan panik ini mungkin menjadi bagian dari masalah kecemasan yang lebih besar, seperti gangguan panik. Jadi, orangtua tetap perlu berhati-hati.
Salah satu bentuk kecemasan pada anak adalah penolakan untuk ke sekolah.
Namun perlu diperhatikan, menolak pergi ke sekolah juga bisa terjadi karena hal lain, seperti menyesuaikan diri dengan tahun ajaran baru.
Untuk itu, terus pantau interaksi anak dengan teman, guru, dan acara sekolah yang memengaruhi perilaku anak.
Jika kita melihat anak nampak mengalami kegelisahan yang tidak normal dan berbeda dengan anak lain, segera cari bantuan dari dokter anak.
Anak usia pra-remaja yang mengalami pubertas dini memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecemasan.
Meski belum jelas mengapa pubertas sebelum waktunya menimbulkan efek ini, sebenarnya ada beberapa hal yang mungkim jadi penyebabnya.
Baca juga: Pubertas Dini
Perlu diingat, pubertas membawa sejumlah perubahan yang dapat menyebabkan perasaan cemas.
Termasuk di dalamnya perubahan tubuh (seperti pertumbuhan berat badan dan/atau tinggi badan), perubahan bentuk tubuh, dan perubahan hormonal.
Pubertas juga akan membuat anak membutuhkan lebih banyak privasi dalam menangani beberapa hal.
Misalnya soal siklus menstruasi untuk anak perempuan dan ereksi dan/atau "mimpi basah" untuk anak laki-laki.
Bertambahnya rambut, perubahan suara, dan dorongan seksual juga akan hadir, membuat anak yang mengalami pubertas dini kerepotan dan kerap merasa cemas.
Penyebab kecemasan pada anak-anak lainnya adalah bullying di sekolah. Bullying dapat menyebabkan masalah kecemasan, baik secara langsung maupun dalam jangka panjang.
Bahkan, anak yang melakukan bully pun mungkin mengalami kecemasan akibat tindakannya.
Untuk menanganinya, orangtua bisa berbicara dengan anak tentang bagaimana menghadapi konflik serta hal apa yang membentuk hubungan persahahabatan.
Baca juga: Kenali Tanda Remaja Putri Jadi Korban Bullying Emosional
Kita juga perlu memberi anak kesempatan untuk mengatur resolusi yang tepat ketika kecemasan datang dari berbagai peristiwa sehari-harinya.
Kecemasan pada anak dapat diturunkan dengan beberapa cara. Kecemasan ringan dapat dikurangi melalui olahraga teratur yang sering dan vigorous (berat).
Namun untuk kasus kecemasan yang lebih parah, terapi atau pengobatan mungkin juga diperlukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.