KOMPAS.com - Britney Spears berbagi pengalamannya dengan depresi perinatal yang pernah dialami pada kehamilan sebelumnya.
Kondisi ini pun lantas menjadi sorotan, karena dia membagikannya melalui unggahan di Instagram sembari mengabarkan bahwa dia hamil dari hubungannya dengan Sam Asghari.
Saat itu, tidak banyak yang tahu kalau bintang pop era 90an tersebut harus berjuang melawan depresi perinatal.
"Sulit, karena ketika saya hamil saya mengalami depresi perinatal," tulis Britney di unggahan terbarunya, seperti dikutip Popsugar, Selasa (12/4/2022).
Ibu dua anak ini pun menyebut bahwa depresi perinatal merupakan suatu hal yang mengerikan.
Dia pun merasa bersyukur bisa melewati masa-masa sulit dan sembuh total dari depresi perinatal yang sempat dialaminya.
Baca juga: Hamil di Umur 40 seperti Britney Spears, Apa yang Perlu Diperhatikan?
National Institute of Mental Health (NIMH), depresi perinatal adalah gangguan mood yang terjadi selama kehamilan atau setelah melahirkan.
Kondisi tersebut kerap dikatakan baby blues. Tapi, baby blues biasanya merujuk pada kondisi ibu setelah melahirkan.
Depresi satu ini punya cakupan yang lebih luas. Penderitanya bisa mengalami gejala sebelum, selama masa kehamilan hingga pasca-kehamilan.
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2020, depresi perinatal disebabkan oleh interaksi kompleks dari berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut termasuk genetika, sistem neuroendokrin yang memodulasi respons tubuh terhadap stresor, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan dan situasi sosial.
Seperti yang disinggung pelantun Baby One More Time itu, depresi perinatal bisa membuat penderitanya merasa terisolasi dan tidak berdaya.
Meski pun depresi perinatal dapat memengaruhi siapa saja selama atau setelah kehamilan, tapi orang-orang dengan riwayat bipolar.
Selain itu, orang-orang yang punya cerita kehamilan yang traumatis, riwayat kekerasan fisik atau seksual hingga kurangnya dukungan sosial juga berisiko tinggi.
Depresi perinatal bisa menyebabkan gejala yang bervariasi tergantung kondisi pasien.
Secara umum, gejala depresi perinatal mencakup perasaan sedih, cemas, ketidakberdayaan, kelelahan, sulit konsentrasi sampai mengalami masalah ikatan batin dengan bayi.
Dalam kasus yang lebih parah, gangguan mental ini bisa menyebabkan pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti bayi dan dirinya sendiri.
Baca juga: Apa Itu Baby Blues, Gejala, dan Perbedaannya dengan Depresi Postpartum
Para ahli menekankan, depresi perinatal biasanya tidak hilang dengan sendirinya. Sejumlah pengobatan diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin di dalam kandungan.
Segera hubungi bantuan layanan medis jika mengetahui ada kerabat yang mengalami depresi selama atau setelah hamil.
Gangguan kesehatan mental ini dapat diatasi dengan bantuan profesional seperti psikolog atau penyedia layanan kesehatan lain untuk didiagnosis gejalanya lebih lanjut.
Selain konseling, sejumlah obat terapi seperti antidepresan dapat membantu pasien meringankan masalah yang diderita.
Perawatan dan dukungan yang tepat dapat meringankan gejala dan membantu pasien merasa lebih sehat dan bahagia sebagai orangtua.
Baca juga: Britney Spears Ungkap Pengalaman Pahit Hidupnya dalam Sebuah Buku
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.