KOMPAS.com - Ukuran debu, polutan, dan bakteri yang begitu kecil dan bertebaran di udara memang sulit kita lihat dengan mata telanjang.
Partikel-partikel tersebut dengan mudahnya terbawa angin dan berpotensi masuk ke dalam ruangan yang tertutup sekalipun.
Walau kita rajin membersihkan perabotan, jendela, dan barang-barang lain di dalam ruangan bukanlah jaminan debu, polutan, dan bakteri bisa hilang 100%.
Bahkan, partikel yang berisiko mengganggu pernapasan bisa saja menempel di baju, kasur, atau benda lain yang digunakan setiap hari tanpa kita sadari.
Karena memastikan udara yang bebas dari debu, polutan, dan bakteri bukalah hal yang mudah, di sini peran air purifier atau penjernih udara diperlukan.
"Bernapas itu bukan pilihan, jadi kita harus memastikan 24 jam udara yang dihirup bersih," ujar Durables Product Manager Amway Indonesia, Tri Susandari di Kantor Pusat Amway Indonesia, Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Ia menyampaikan, ada banyak bahaya yang merugikan kesehatan jika udara di sekitar kita kotor. Salah satunya adalah iritasi mata.
Dampak lain dari buruknya kualitas udara adalah menurunnya usia harapan hidup seseorang.
Tri mengatakan, berdasar data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 9 dari 10 orang di dunia tinggal di daerah berpolusi dan sekitar 7 juta orang meninggal setiap tahunnya karena terpapar polutan.
"Jadi umur kita itu bisa 'didiskon' karena lingkungan yang udaranya kotor," tambah Tri.
Karena alasan itu -ditambah tingginya kesadaran gaya hidup sehat belakangan ini- mendorong banyak orang untuk membeli air purifier.
Air purifier memang membantu kita menghirup udara yang lebih baik saat di dalam ruangan
Akan tetapi, tidak semua air purifier bisa menjamin udara yang kita hirup benar-benar bersih dari debu, polutan, dan bakteri, lho!
Hal itu disebabkan oleh kemampuan filtrasi dan penggunaan bahan filter di setiap air purifier yang berbeda-beda.
Tri mengatakan, air purifier yang cocok digunakan di dalam ruangan harus memiliki persentase filtrasi yang tinggi.