Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Ini Bikin Hiasan Kaca Menggunakan ASI, Hasilnya Menakjubkan!

Kompas.com - 23/05/2022, 14:04 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Mirror

KOMPAS.com - Seorang ibu dua anak asal Londonderry, Irlandia Utara menggunakan air susu ibu (ASI) untuk menciptakan karya seni yang unik.

Perempuan bernama Helen Hancock itu mengembangkan teknik khusus untuk memasukkan ASI ke dalam kaca panas bersuhu 1.150 derajat celcius.

Dia menganggap air susu setiap perempuan itu unik karena memiliki kandungan lemak yang berbeda-beda.

Beberapa hiasan kaca dengan ASI yang dibuatnya ada yang terlihat seperti "jaring laba-laba". Sementara yang lain menciptakan pola seperti "rasi bintang".

Awalnya, dia bereksperimen dengan ASI setelah memiliki anak sendiri dan menjadi konselor untuk mendukung program menyusui.

Diketahui, Helen juga berprofesi sebagai spesialis pijat, yoga dan doula khusus bayi.

Untuk mendapatkan ASI demi membuat karya seni, Helen mengajukan permintaan melalui grup di WhatsApp tertutup kepada sesama ibu.

Selain itu, dia juga menerima sumbangan ASI yang didapat dari seorang ibu yang baru saja kehilangan bayinya atau sumbangan ASI dari ibu menyusui.

"Pada satu ketika freezer saya benar-benar penuh. ASI itu indah dan alami dan harus dirayakan," kata dia, seperti dilansir Mirror.co.uk, Senin (23/5/2022).

Menurutnya, menyusui membutuhkan usaha keras yang kerap dipandang sebelah mata. Sehingga setiap karyanya merupakan apresiasi bagi seluruh ibu yang menyusui.

"Mungkin masyarakat tidak melihat karya saya sebagai sesuatu yang normal."

"Tapi setiap karya yang saya buat memiliki nilai sentimental yang luar biasa," papar Helen.

Baca juga: Orangtua, Seperti Ini Cara Ajarkan Anak Olah Sampah Jadi Karya Seni

Alasan di balik membuat karya seni dari ASI

Karya Seni dari ASIMirror / Helen Hancock Karya Seni dari ASI

Helen berlatih seni "meniup" kaca dari seorang seniman di Seattle, AS. Namun, dia sempat berhenti latihan pada 2005 untuk fokus menjadi seorang ibu.

Perempuan berusia 47 ini sempat memiliki dua kehamilan secara berurutan. Namun, dia kehilangan bayi yang dikandungnya itu pada usia 26 minggu karena ada kelainan kromosom langka yang disebut sindrom Triploidy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com