KOMPAS.com - Gaslighting mengacu pada bentuk manipulasi dan pencucian otak yang membuat korban meragukan diri mereka.
Seperti yang didefinisikan American Psychological Association, istilah gaslighting merupakan kata kerja yang berarti memanipulasi orang lain agar meragukan persepsi, pengalaman, atau pemahamannya tentang suatu peristiwa.
Ironisnya ketika mengalami gaslighting, akan ada banyak orang yang tidak memercayai cerita kita. Kita merasa diadili setiap kali membagikan pengalaman kita.
Tak jarang, kita harus menyertakan bukti pendukung, detail kasus, dan keterangan dari saksi mata.
Baca juga: Ketika Dokter Lakukan Gaslighting pada Pasien, Harus Bagaimana?
Proses pembuktian pengalaman gaslighting bisa terasa melelahkan secara emosional dan fisik, bahkan menimbulkan trauma.
Perlu diketahui, beberapa orang terdekat mungkin akan menjauh dari kita. Mereka mempunyai pandangan lain dan seolah-olah pengalaman kita tidak terjadi.
Proses ini disebut moral disengagement atau pelepasan moral, ungkapan yang dicetuskan oleh psikolog Albert Bandura.
Bandura mengatakan, meskipun orang lain menyaksikan apa yang kita alami dan memercayai kita, mereka bisa saja menjauh dari kita dan tidak ingin terlibat.
Dalam buku yang ditulisnya berjudul "Moral Disengagement: How People Do Harm and Live with Themselves", Bandura menyebutkan cara untuk mengatasi gaslighting secara efektif.
Baca juga: Agar Tak Berlanjut, Pahami Cara Hentikan Self-Gaslighting
Tuliskan apa yang kita pikirkan ketika mengalami gaslighting. Hal ini akan membuat mental kita menjadi lebih jernih.
Dengan menuliskan kata-kata yang mengungkapkan betapa sakitnya perasaan kita, penderitaan kita akan terlihat.
Membuat jurnal akan membantu kita mengembangkan kata-kata terkait kesulitan dan kerentanan kita.
Simpanlah jurnal tersebut dengan baik. Siapa tahu kita akan memerlukannya di masa depan.
Menyimpan rahasia seorang diri dapat menimbulkan lebih banyak luka secara emosional dan fisik.
Begitu menjadi korban gaslighting, kita menyimpan rahasia.