Jika ada kandungan lain termasuk sabun yang pH-nya tidak sesuai, air mani atau pelumas, maka berpotensi mengganggu lingkungan itu dan berisiko infeksi jamur.
Alasan lain minyak kelapa dan produk berbasis minyak lainnya dapat meningkatkan risiko infeksi adalah karena dapat memicu pembentukan biofilm.
Biofilm adalah kumpulan mikroorganisme dan bahan seperti lendir, bakteri, jamur, minyak, sel kekebalan tubuh, dan polisakarida.
"Ini bertindak secara kolektif seperti bungkus plastik untuk menahan dan mencegah sesuatu."
"Itu bisa bermasalah karena dapat memungkinkan bakteri jahat berkembang biak, melindungi mereka agar tidak dibasmi oleh kekebalan tubuh,"
Demikian ungkap Kim Langdon, MD, ob-gyn yang berbasis di AS.
Alasan ini pula yang menyebabkan infeksi bakterial vaginosis sulit diatasi bahkan dihilangkan. Pasalnya, bakteri tersebut memiliki kecenderungan untuk membentuk biofilm untuk melindungi dirinya.
Baca juga: Minyak Goreng Langka, Ini Cara Bikin Minyak Kelapa untuk Masak
Beberapa fakta di atas menunjukkan keluhan atau risiko secara keseluruhan akibat penggunaan minyak kelapa sebagai pelumas.
Namun, para ahli meyakini risiko tersebut tidak dialami semua orang. Sebab, setiap tubuh itu memiliki keunikan tersendiri, termasuk di dalam vulva atau ekosistemnya.
"Saya memiliki pasien yang sering pakai minyak kelapa sebagai pelumas tanpa masalah."
"Sehingga, beberapa risiko tersebut tampaknya hanya berlaku bagi sebagian orang. Tetapi, perlu dicatat bahwa risiko itu tetap ada," jelas Dr. Brighten.
Baca juga: Menggunakan Baby Oil untuk Pelumas Saat Bercinta, Amankah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.