Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/07/2022, 18:00 WIB
Anya Dellanita,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak dimulainya pandemi Covid-19, aquascape menjadi salah satu hobi yang makin digemari masyarakat.

Meski sering disamakan dengan akuarium biasa, aquascape sebenarnya dapat diartikan sebagai seni membuat lanskap dalam air dengan cara merangkai tanaman air dan bebatuan.

Singkatnya, hobi ini bisa dikategorikan sebagai berkebun dalam air.

Lalu layaknya bentuk karya seni lainnya, aquascaping menawarkan berbagai pendekatan dan gaya sesuai dengan ekspetasi, keinginan, dan ciri khasnya masing-masing.

Meski demikian, secara umum, ada empat gaya aquascape berbeda dengan karakteristik dan fitur unik berbeda.

Baca juga: Cara Mudah Memilih Tanaman untuk Aquascape dan Kiat Menatanya

Gaya itu adalah Dutch Aquarium, gaya Jungle, gaya Iwagumi, dan gaya Nature Aquarium.

Seperti apa perbedaanya?

Gaya Dutch Aquarium

Sesuai dengan namanya, gaya Dutch Aquarium ini pertama kali dipopulerkan di Belanda pada tahun 1930-an, tepatnya saat perlengkapan akuarium mulai dipasarkan saat itu.

Gaya Dutch Aquarium ini sepenuhnya berfokus pada budaya dan penataan tanaman air serta tidak melibatkan penggunaan kayu apung atau bahan hardscape apa pun.

Ketinggian, warna, dan tekstur berbagai macam tanaman serta terasering sebagai teknik konstruksi pun nampak menjadi fokus gaya ini.

Ilustrasi aquascape.SHUTTERSTOCKMUHAMMAD SYAFI AL-ADAM Ilustrasi aquascape.
Lalu soal tingkat kesulitan, meski nampak terlihat mudah menatanya, membuat aquascape dengan gaya ini rupanya tidak mudah.

Pasalnya, para pegiatnya perlu memiliki banyak pengetahuan tentang berbagai jenis tanaman untuk menciptakan tampilan aquascape yang estetis.

Gaya Jungle

Gaya jungle meriupakan salah satu gaya aquascaping yang paling sederhana untuk dibuat kembali.

Ciri khasnya terletak pada penampilannya yang menyerupai hutan liar, sama seperti namanya.

Nah, salah satu karakteristik yang paling umum dan menonjol dari gaya jungle ini adalah vegetasi di dalamnya yang dibiarkan tumbuh begitu saja dan cukup padat.

Artinya, gaya aquascape ini membutuhkan lebih sedikit perawatan dibanding gaya lainnya, membuatnya dapat bertahan lebih lama.

Menariknya, meski bukan aquascape dengan tata letak paling rumit, gaya jungle ini rupanya disukai banyak spesies ikan karena lingkungan vegetasinya yang lebat.

Baca juga: 3 Tips Memulai Hobi Aquascape, Bisa Jadi Penghasilan Tambahan

Gaya Iwagumi

Berbeda dengan gaya Belanda yang hanya memanfaatkan tanaman, gaya aquascaping Iwagumi lebih menonjolkan susunan bebatuan (hardscape) yang diatur dengan sangat hati-hati.

Tanaman yang tumbuh rendah juga biasa digunakan untuk meningkatkan keindahan natural dan pembuangan aquascape.

Lalu, kekhasan aquascape Iwagumi juga dapat terlihat dari penggunaan tiga batu utama yakni sebuah batu besar yang dinamakan Buddha besar dam dua batu yang lebih kecil yang biasanya disebut sebagai batu pendukung.

Untuk menciptakan rasa kesatuan dan harmoni pada tangki aquarium, penting pula untuk menggunakan batu yang memiliki warna dan tekstur yang sama.

Gaya Nature Aquarium

Ilustrasi akuarium aquascape. SHUTTERSTOCK/BLUR LIFE 1975 Ilustrasi akuarium aquascape.
Terakhir, ada gaya aquascaping yang diperkenalkan oleh aquarist asal Jepang Takashi Amano pada tahun 1990-an.

Sesuai namanya, gaya aquascape satu ini memiliki ciri khas tampilan dan nuansa yang terlihat alami.

Tujuan tampilannya pun berbeda dengan aquascape gaya Belanda yang benar-benar menggambarkan sebuah taman yang tertata rapi, namun bertujuan untuk menciptakan scape yang menyerupai lanskap atau gambaran dari alam.

Biasanya, gaya aquascape satu ini menggambarkan versi miniatur dari hutan hujan, gunung, lereng bukit atau lembah.

Karena itu, material hardscape seperti kayu dan batu serta tanaman akan memainkan peran penting di gaya ini.

Baca juga: 8 Jenis Ikan Aquascape yang Bisa Mempercantik Akuarium

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com