Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2022, 15:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Membiarkan ruminasi pada pikiran seseorang tidaklah baik, lebih banyak ruginya daripada untungnya. Hal itu akan memicu keluarnya emosi negatif yang merugikan diri sendiri.

Emosi negatif yang tercipta melalui interpretasi yang dipandang dari segi negatifnya saja yang menjengkelkan, mencemaskan, merugikan, dan bikin amarah.

Selain itu, membiarkan ruminasi liar menguasai pikiran kita akan berujung pada perselisihan atau pertengkaran yang tidak dapat dihindarkan.

Seseorang yang mampu menguasai ruminasi berarti mampu menguasai dirinya, mampu menguasai pikirannya, dan mampu menguasai emosinya.

Emosi bawaan

Manusia memang sudah digariskan memiliki emosi dasar, yaitu senang, sedih, takut, marah, jijik, dan terkejut. Emosi-emosi ini yang secara laten memengaruhi sikap manusia sehari-hari.

Emosi pun ada yang menyenangkan dan ada yang tidak menyenangkan, yaitu emosi positif dan emosi negatif.

Emosi ini silih berganti dalam kehidupan karena kita sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia.

Ruminasi dalam psikologi termasuk wilayah emosi negatif karena berpotensi merusak baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Di dalam emosi negatif jelas terukur rasa cemas, takut, curiga, marah, jijik, yang semuanya menjurus ke arah yang menghancurkan kebahagiaan dan mengganggu ketenteraman atau ketenangan.

Ada 10 jenis emosi negatif (Garvin Goei, 2022:52), yaitu amarah, merasa terganggu, timbulnya rasa sedih, rasa bersalah, takut, cemas, keputusasaan, apatis/tidak acuh, kecewa, jijik.

Seseorang yang mengalami satu atau beberapa emosi ini, maka dikategorikan terbawa emosi negatif. Emosi ini semakin kuat apabila diberi ekspresi fisik, misalnya mengepalkan tinju, mata melotot, mulut memaki-maki, menangis, gelisah, dan lainnya.

Membiarkan emosi negatif yang berlebihan dalam diri kita umumnya tidak bermanfaat. Harus ada batas-batas tertentu yang dapat dikendalikan.

Apakah keluarnya emosi negatif ini tepat atau tidak pada tempatnya? Rasionalkah? Benarkah yang dipikirkan adalah demikian?

Jangan-jangan salah persepsi atau salah duga. Jadi, emosi negatif akibat ruminasi tidak harus diikuti begitu saja, berpikir dua kali sebelum bertindak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com