Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Kenapa Kita Harus Berhenti Membandingkan Diri?

Kompas.com - 25/10/2022, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Inge Shafa Sekarningrum dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Sadarkah jika terkadang kita masih suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Tanpa sadar kamu pasti pernah membandingkan diri dengan orang lain.

Apa yang mereka punya, kelebihan mereka, apa pun yang menurut kamu terlihat lebih baik, pasti tanpa sadar membuat kamu bertanya-tanya, “Apakah aku sudah mendapatkan hal yang sama baiknya seperti mereka?”

Atau mungkin penilaian pada seseorang ke orang lainnya, bisa membuat pandanganmu berbeda. Tapi, apakah kamu pernah menjumpai tren “He/she is a 10, but…" ?

Tren tersebut sempat menjadi topik hangat di media sosial hingga banyak orang ikut meramaikannya.

Seperti dalam podcast Kosan HAI bertajuk “Kosan HAI: Banni Anya Maen Games : He/she's a 10, But....” yang dapat diakses melalui spoti.fi/3fhWrFJ dengan obrolan seru dari Anya dan Banni.

Awalnya, tren games tersebut ramai dimainkan oleh orang-orang di luar negeri. Lalu turut ramai sampai dalam negeri. Bahkan, tak sedikit selebriti yang ikut memainkan games ini, loh.

Asal kamu bisa memainkannya dengan bijak, games ini juga bisa bermanfaat sebagai hiburan dengan teman.

Tetapi ada kalanya, terlalu sering membanding-bandingkan orang lain atau membandingkan diri dengan orang lain justru membuat kita jadi memiliki standar hidup dari orang lain pula.

Terlalu banyak membandingkan menyebabkan ketidakbahagiaan dan harga diri rendah. Kita menjadi frustrasi dengan diri kita sendiri karena "tidak cukup baik", atau marah dengan orang lain.

Beberapa contoh perbandingan di kehidupan nyata adalah saat seorang perempuan melihat seseorang sedang berjalan di jalan dan berpikir, "Aku berharap aku bisa secantik dia." Bahkan tak hanya itu. Hal tersebut juga bisa melalui media sosial.

Sebenarnya, mengapa seseorang sering membandingkan diri dengan orang lain? Manusia adalah makhluk sosial, dan perbandingan adalah hal biasa sepanjang sejarah kita.

Baca juga: Bukan Liburan, Ternyata Ini Arti “Healing” Sebenarnya

Platform media sosial seperti Twitter, Instagram, TikTok, dan Facebook membombardir kita dengan postingan tentang kekurangan kita. Aplikasi ini adalah jebakan perbandingan yang mendorong kita untuk mempertanyakan aspek kehidupan kita sendiri.

Sangat mudah untuk melupakan bahwa media sosial adalah sorotan utama kehidupan orang lain. Kita akan selalu melihat momen terbaik mereka, tetapi biasanya tidak menyaksikan perjuangan mereka.

Kita sering membandingkan kualitas-kualitas kita yang lebih rendah dengan kualitas-kualitas terbaik seseorang dan mencondongkan penilaian kita.

Pengaruh Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Terlalu banyak membandingkan menyebabkan ketidakbahagiaan dan harga diri rendah. Kita menjadi frustrasi dengan diri kita sendiri karena "tidak cukup baik", atau bahkan marah dengan “kesempurnaan” orang lain yang kita lihat.

Perasaan cemburu, frustrasi, dan putus asa muncul jika perbandingan terus berlanjut. Jika dibiarkan dan tidak ditangani, kecemasan kronis dan depresi dapat berasal dari perilaku tersebut.

Untuk menghindari membandingkan diri dengan orang lain, orang mungkin mencari kesalahan orang lain untuk membuat diri mereka merasa lebih baik. Ini sama tidak sehatnya dengan menyalahkan diri sendiri untuk apa yang tidak kita miliki.

Berhenti Membandingkan Diri

Untuk menghentikan kebiasaan membandingkan, fokuslah untuk memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan kepercayaan diri.

Cobalah untuk melatih pikiran kita untuk menjauh dari perbandingan yang tidak menguntungkan. Sebaliknya, cobalah merangkul kebaikan dan sikap positif.

Baca juga: Alasan Harus Keluar dari Zona Nyaman

Berikut yang bisa kamu lakukan untuk berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

1. Batasi waktu di media sosial

Media sosial membuat kita tetap up to date tentang keluarga dan teman-teman kita, peristiwa terkini, dan meningkatkan kesadaran. Tetapi seperti kebanyakan hal, yang terbaik adalah dalam jumlah sedang.

Over scrolling di media sosial, terutama saat mengonsumsi konten gaya hidup dan kecantikan, dapat berdampak negatif pada harga diri kita.

Berhenti mengikuti akun yang menyebabkan kamu membandingkan diri dengan orang lain dan cobalah untuk selalu berpikir positif.

2. Bersyukur

Syukuri apa yang kamu miliki. Kehidupan seseorang mungkin tampak lebih baik, tetapi mungkin ada orang lain di luar sana yang berharap mereka memiliki apa yang kita miliki.

Selalu ada sesuatu, bahkan hanya satu hal, yang dapat kita syukuri.

3. Gunakan perbandingan sebagai motivasi

Perbandingan dapat menjadi katalisator perubahan yang hebat, selama itu sehat. Alih-alih merasa iri dengan pencapaian orang lain, pikirkan bagaimana mereka bisa mencapainya. Kemudian, lihat bagaimana kamu bisa menirunya.

Terinspirasi oleh seseorang yang kamu kenal lebih baik atau lebih berpikiran terbuka dapat membuat kamu menjadi orang yang lebih baik.

4. Fokus pada kelebihan

Tidak apa-apa untuk menjadi rendah hati, tetapi juga harus bangga dengan apa yang telah kamu capai. Terlalu rendah hati sama berbahayanya dengan terlalu percaya diri.

Baca juga: Masalah Kesehatan Mental itu Nyata

Kita tetap bisa bangga dengan apa yang dipunya tanpa mengecilkan orang lain.

Dengarkan obrolan seru Anya dan Bani seputar obrolan-obrolan seru yang bisa menghibur kamu hanya melalui siniar Kosan HAI di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut https://spoti.fi/3fhWrFJ.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com