Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Generasi Kesepian yang Terlupakan

Kompas.com - 02/05/2024, 08:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUNIA yang semakin terhubung melalui internet justru membuahkan hal berlawanan. Namun, itulah realita zaman now.

Hal itu berdampak pada angkatan kerja masa kini yang mengkhawatirkan. Menurut temuan Cigna, 73 persen Gen Z melaporkan merasa sendirian kadang-kadang atau selalu-tingkat tertinggi dari generasi mana pun.

Tantangan kesehatan mental yang dialami Gen Z tidak seperti yang dihadapi generasi lain. Berdasarkan temuan Cigna US Lonelines Index, hanya 45 persen Gen Z yang melaporkan kesehatan mental "sangat baik", yang paling rendah dari generasi mana pun.

Sebanyak 91 persen orang dewasa Gen Z mengatakan, mereka pernah mengalami setidaknya satu gejala fisik atau emosional karena stres, seperti merasa tertekan atau sedih (58 persen), atau kurang minat, motivasi, atau energi (55 persen).

Lalu, 68 persen Gen Z melaporkan merasakan tekanan yang signifikan tentang masa depan.

Sementara itu, Karl Peltzer & Supa Pengpid pernah meneliti tentang korelasi kesepian dengan kesehatan di Indonesia yang temuannya diterbitkan di International Journal of Mental Health Systems.

Penelitian yang diadakan pada 2014-2015 itu melibatkan setidaknya 31.447 peserta berusia 15 tahun ke atas (rata-rata berusia 35 tahun).

Mereka menemukan bahwa ternyata kesepian berkorelasi signifikan dengan fungsi kognitif, memiliki satu atau lebih kondisi medis kronis, pernah mengalami stroke, gejala depresi, gangguan tidur, gangguan terkait tidur, kepuasan hidup yang rendah, perawatan kesehatan rawat jalan dalam 4 minggu terakhir, penggunaan rokok, dan satu hari atau lebih dalam seminggu terakhir mengonsumsi minuman ringan.

Kesehatan mental yang (pernah) terlupakan

Ketika kesehatan mental sebelumnya telah dicap sebagai masalah pribadi yang harus ditangani sendirian, konsekuensinya muncul secara negatif di tempat kerja.

Menurut temuan penulis terkenal Ryan Jenkins, 75 persen Gen Z dan separuh Milenial meninggalkan pekerjaan karena alasan kesehatan mental, dibandingkan dengan 34 persen generasi lainnya.

Bagi pengusaha, implikasinya jelas: Keterlibatan karyawan dan masalah retensi akan tampak besar jika kesepian tidak ditangani.

Angka-angka itu menjadi semakin memprihatinkan ketika kita mempertimbangkan bahwa 75 persen angkatan kerja global akan menjadi Milenial dan Gen Z pada 2030.

Bahkan jika kesehatan mental dan kesepian bukanlah masalah yang disuarakan oleh tim kita saat ini, itu pasti akan terjadi.

Gen Z akan menjadi generasi pertama di tempat kerja yang tidak pernah offline. Seluruh generasi lebih muda dari usia Google.

Terlepas dari pendidikan digital Gen Z dan kemajuan realitas virtual, kecerdasan buatan, dan blockchain yang tak terhindarkan di dalam tempat kerja, Gen Z menginginkan elemen manusia di tempat kerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com