Kita dapat belajar dari pengalaman Seneca yang mengalami pengasingan, banyak kehilangan, dan akhirnya dipaksa bunuh diri oleh Nero.
Baca juga: Melihat Kembali Kehidupan dengan Sastra
Dilansir dari The Conversation, kita dapat melatih mengendalikan pikiran dengan mencatat keseharian, seperti perasaan jengkel, sedih, mengapa kita senang, dan yang dapat dipelajari pada hari itu.
Dengan mencatat, diharapkan kita dapat menjadi manusia yang lebih baik di kemudian hari.
Ikhlas merupakan sesuatu yang sulit. Akan tetapi, dalam filsafat stoa merupakan hal yang fundamental. Karena kita harus ingat bahwa dunia tidaklah berputar dengan kita sebagai porosnya.
Aurelius merenungkan luasnya alam semesta dan ketakterbatasan waktu sebagai pendekatan dalam menjalani kehidupan. Intinya, kita tidak bisa memaksakan segala keinginan dan harapan kepada alam semesta.
Dengan demikian, kita harus menerima kekecewaan dan segala penderitaan yang diberikan alam semesta agar hidup dapat lebih bahagia. Tentunya, hal ini mudah diucapkan daripada diterapkan, itu sebabnya bagi kita untuk terus berusaha agar hidup lebih baik di kemudian hari.
Masih banyak informasi filsafat stoa dari Henry Manampiring, simak obrolan lengkapnya dalam siniar Beginu bertajuk “Membuka Lembar Filosofi Teras” di Spotify.
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.