KOMPAS.com - Minyak zaitun adalah minyak yang dibuat dari buah zaitun yang dihancurkan kemudian diekstraksi melalui proses manufaktur.
Minyak ini dikenal memiliki banyak manfaat seperti menurunkan tekanan darah hingga mengurangi risiko kanker.
Namun, meskipun kaya akan manfaat, dalam beberapa kasus minyak zaitun juga dapat menimbulkan efek samping, salah satunya alergi.
Baca juga: 4 Resep Masker Rambut Minyak Zaitun yang Bisa Dicoba
Untuk mengetahui lebih lanjut cara mengidentifikasinya, simak gejala, diagnosis, serta penanganan yang tepat jika alergi minyak zaitun terjadi, berikut ini.
Zaitun biasanya tumbuh di daerah beriklim sedang dan kering, terutama di sekitar mediterania.
Nah, di mana pohon zaitun tumbuh, orang dapat mengalami alergi musiman akibat serbuk sari zaitun.
Baca juga: Manfaat Masker Rambut Minyak Zaitun dan Cara Menggunakannya
Alergi serbuk sari zaitun relatif umum terjadi dan dapat memicu rinitis alergi dengan gejala seperti bersin, gatal, mata berair, dan hidung tersumbat.
Alergi terhadap buah dan minyak zaitun memang jarang sekali terjadi.
Terlebih, karena minyak zaitun mengandung sangat sedikit protein, berkat proses produksi yang mengekstrak minyaknya.
Saking jarang terjadi, hanya ada sedikit penelitian atau data tentang alergi minyak zaitun.
Namun, satu studi melaporkan, ada 20 kasus reaksi alergi terhadap minyak zaitun pada kulit.
Tidak ada gejala yang jelas untuk alergi minyak zaitun.
Baca juga: Manfaat Minyak Zaitun untuk Rambut dan Cara Menggunakannya
Tetapi, jika kita memiliki alergi terhadap minyak zaitun, kita mungkin mengalami gejala-gejala alergi makanan, termasuk:
•Gatal-gatal
•Kram perut, mual, dan muntah
•Sesak napas, mengi, dan batuk
•Kesulitan menelan
•Pembengkakan pada mulut atau lidah
•Pusing hingga merasa pingsan
Alergi minyak zaitun juga dapat menyebabkan gejala dermatitis kontak, yaitu iritasi kulit yang dapat dipicu oleh alergen. Gejala dermatitis kontak meliputi:
Baca juga: Benarkah Minyak Zaitun dapat Membantu Pertumbuhan Bulu Mata?
• Ruam, yang mungkin berwarna merah, gatal, atau terbakar
• Lepuh
• Pembengkakan
• Nyeri
Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, alergi makanan dapat memicu anafilaksis, yaitu respons syok yang mengancam jiwa.
Jika kita mengalami kesulitan bernapas, mengalami perubahan pada kognisi, atau merasa pingsan, segera berkunjung ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
Diagnosis alergi makanan, termasuk alergi minyak zaitun, bisa jadi rumit.
Baca juga: Minyak Zaitun Yunani Jadi yang Terbaik di Dunia
Dokter bisa merekomendasikan tes darah, tes tusuk kulit, atau diet eliminasi.
Tes-tes ini mampu mendeteksi alergi zaitun, tetapi tidak dapat mendeteksi alergi minyak zaitun.
Di samping itu, membuat jurnal juga dapat mempercepat diagnosis. Catatlah apa yang kita makan dan dokumentasikan gejala-gejala yang muncul.
Hal ini dapat membantu dokter memahami apa yang mungkin menyebabkan alergi.
Ingat, meskipun kita didiagnosis dengan alergi zaitun, kecil kemungkinannya kita alergi terhadap minyak zaitun.
Apabila kita memiliki alergi terhadap minyak zaitun, maka kita harus menghindarinya.
Ini mungkin bisa menjadi rumit karena minyak zaitun merupakan bahan yang umum digunakan dalam makanan, kosmetik, dan produk lainnya.
Baca juga: Minyak Zaitun Yunani Jadi yang Terbaik di Dunia
Selain itu, berhati-hatilah saat menggunakan produk-produk berikut ini, dan selalu baca labelnya:
• Minyak zaitun
• Semprotan untuk memasak
• Mayones
• Saus salad
• Keripik, popcorn, dan makanan olahan lainnya
• Makanan yang dipanggang
• Pembersih wajah
• Losion
• Sampo dan produk rambut
Pengganti yang bagus juga tersedia jika kita mencoba mengurangi atau menghilangkan minyak zaitun. Untuk kesehatan kulit, cobalah:
Baca juga: Minyak Zaitun Yunani Jadi yang Terbaik di Dunia
• Minyak almond
• Minyak kelapa
• Minyak argan
• Minyak pohon teh (tea tree)
• Cuka sari apel
Sementara untuk bahan pengganti memasak, cobalah:
• Minyak biji anggur
• Minyak canola
• Minyak bunga matahari
• Minyak kelapa
• Minyak kenari
• Minyak Minyak alpukat
• Butter
Sekali lagi, meskipun alergi minyak zaitun jarang terjadi, namun kita tetap perlu mengadvokasi diri, dan mengidentifikasi akar penyebab saat gejala muncul.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang