Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2023, 09:47 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber NAKITA

KOMPAS.com - Perlukah kepala bayi digunduli sampai plontos? Pertanyaan ini mungkin sempat hinggap di benak orangtua yang baru memiliki buah hati. 

Apalagi, mencukur rambut bayi hingga plontos sudah menjadi semacam kebiasaan turun menurun di Indonesia.

Salah satu yang diyakini adalah, dengan mencukur habis rambut saat anak masih bayi, maka nantinya rambut akan tumbuh lebih lebat.

Baca juga: Biar Tebal, Cukur Rambut Bayi?

Nah, mau digunduli atau tidak, sebenarnya kembali pada pilihan masing-masing orangtua.

Satu hal yang pasti adalah, mencukur hingga licin diperlukan untuk membersihkan kulit kepala.

Sebab, ketika melewati jalan lahir, banyak lemak dan lapisan rahim ibu yang menempel di tubuh bayi, termasuk di rambutnya.

Dengan mencukur rambut bayi, sisa-sisa lemak tersebut diharapkan akan ikut terbuang.

Selain itu, bayi kerap gumoh selagi berbaring sehingga cairannya mungkin menempel di rambut.

Dengan mencukur rambut, diharapkan kotoran tersebut tidak sampai melekat.

Lalu, manfaat lain dari mencukur rambut bayi adalah untuk memudahkan deteksi iritasi atau luka.

Baca juga: Kiat Mencukur Rambut Bayi Saat Berusia 40 Hari

Kepala bayi yang plontos memudahkan orangtua untuk mengetahui bila ada sesuatu di kulit kepalanya seperti iritasi, bisul, luka, kerak, dan sebagainya untuk ditangani segera.

Kemudian alasan selanjutnya -seperti yang telah disinggung di awal- agar rambut bayi tumbuh lebih lebat dan hitam.

Tapi -lagi-lagi- alasan ini semata-mata berdasar pada tradisi atau kepercayaan.

Sebab, jika ditilik dari kacamata medis, tak ada kaitan antara mencukur rambut dengan ketebalan rambut.

Lebat atau tipisnya rambut bayi bergantung pada faktor genetik.

Kemungkinan, bila rambut dicukur habis, rambut yang tumbuh tampak agak kasar, itu barangkali menjadi sangkaan orangtua tentang rambut menjadi lebih tebal seusai dicukur.

Baca juga: Agar Rambut Bayi Tebal dan Sehat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com