Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Kadus, Kapuskes, dan Ketua TP PKK, Pahlawan Sejati Pencegahan Stunting

Kompas.com - 30/03/2023, 13:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebagai sarjana pertanian, walaupun tidak mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan, ia memberanikan diri mengikuti pelatihan konseling menyusui dengan modul 40 jam sesuai standar WHO dan berhasil menjadi seorang konselor laktasi bersertifikat.

Ia menyayangkan, banyak orangtua tidak mengerti, bahwa makanan terbaik di 6 bulan kehidupan pertama seorang anak adalah Air Susu Ibu.

Dan menyusui harus diteruskan hingga 2 tahun atau lebih dengan Makanan Pendamping ASI di usia 6 bulan.

Memanfaatkan kepiawaian nakes, Bunda Fey mengajak semua pihak terkait untuk ikut memantau kesehatan ibu dan anak dengan edukasi yang benar.

Menurutnya, perilaku masyarakat bisa berubah apabila edukasi sukses mendongkrak literasi. Sehingga, mitos atau kepercayaan-kepercayaan tak berdasar yang selama ini ‘nancap’ di benak orangtua akibat disinformasi atau promosi berlebihan yang membentuk ‘mindset’ tidak benar, bisa tersingkirkan.

Salah satunya tentang susu formula yang tidak digunakan sesuai indikasi, dianggap ‘bikin anak gemuk dan pintar’.

Baca juga: Susu sebagai Protein Hewani, Promosi Kemewahan dengan Risiko Mengintai

Ketiga tokoh hebat di atas memang baru segelintir dari sekian banyak tokoh lain yang saya percaya, akan ada masanya diangkat sebagai pahlawan literasi edukasi kesehatan ibu dan anak yang sesungguhnya, yang berjuang tanpa didanai sponsor berbau kepentingan apalagi menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Satu-satunya perjuangan mereka adalah upaya mengangkat derajat kesejahteraan dan pemberdayaan dalam arti sesungguhnya: mengulik potensi lokal, menciptakan kebanggaan jati diri dengan mengusung kekayaan pangan, budaya, sekaligus tradisi.

Jargon inovasi pangan yang saat ini marak tidak boleh dipahami sempit, yang ujung-ujungnya menghilangkan nilai nutrisi bahan pangan aslinya sekaligus menciptakan ‘budaya kesasar’.

Dalam perjalanan saya, ada seorang ahli gizi yang sempat mengudar-rasa, ia mengungkapkan kekhawatirannya dengan kalimat yang cukup mengejutkan – yang disebutnya sebagai ‘tiga cara memusnahkan suatu bangsa’: Pertama, hapuskan pangan lokalnya. Kedua, singkirkan bahasanya. Ketiga, lunturkan budayanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com