Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2023, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemilihan material pengemas dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan industri. Material pengemas yang digunakan harus dapat didaur ulang (recycled), diisi ulang (refilled) dan/atau digunakan ulang (reused).

Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mendukung sustainable pacakaging adalah bambu, silikon, gelas, logam, dan kertas karton.

  • Bambu menjadi salah satu pilihan pengemas yang populer di industri kosmetik. Bambu merupakan sumber daya alam terbarukan. Bambu gampang tumbuh di mana saja tanpa intervensi pestisida dan pupuk. Pengemas bambu juga terkenal ringan dan tahan lama. Selain itu kemasan bambu terlihat mewah dan ramping, sehingga cocok digunakan sebagai pengemas kosmetik. 
  • Bahan silikon memiliki sifat seperti plastik, tahan lama, dapat digunakan ulang tetapi tidak melepas bahan kimia yang toksik ketika kontak dengan air atau pun tanah. Bahan ini juga tahan panas, fleksibel, dan telah lama digunakan sebagai bahan pengganti botol plastik. 
  • Kontainer yang terbuat dari gelas mudah didaur ulang, sehingga bahan ini dapat dijadikan alternatif pengemas kosmetik. Pada umumnya kemasan ini digunakan untuk kosmetik berwujud cairan dan krim.
  • Keunggulan kontainer. Keunggulan kontainer logam adalah tidak mudah berkarat, memiliki titik leleh yang rendah, sehingga proses daur ulang pengemas yang terbuat dari logam membutuhkan energi yang lebih rendah.
  • Kertas karton biodegradable.  Material ini dapat terurai dengan cepat tanpa merusak lingkungan atau membahayakan organisme hidup. Karena itu, material ini cocok digunakan sebagai pengemas primer maupun pengemas sekunder.

Industri Kosmetik

Tuntutan konsumen akan produk kosmetik yang bernilai kesehatan tinggi, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat sosial menjadikan industri kosmetik mengalihkan fokus untuk menggunakan bahan alami dan eco-friendly guna memenuhi ekspektasi konsumen.

Konsep eco-friendly tidak hanya terbatas pada proses produksi kosmetik yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga melibatkan proses pengemasan dan distribusi yang seminim mungkin menghasilkan polusi, baik polusi udara, air, maupun tanah.

Tren penggunaan bahan alami dalam kosmetik di antaranya minyak dan lemak nabati (seperti minyak bunga matahari dan shea butter), minyak esensial, minyak oleoresin, dan minyak peculi (bahan campuran parfum), serta ekstrak tumbuhan (ekstrak ginkgo, lemon, pomegranat dan teh hitam).

Sementara itu, industri juga diarahkan untuk menghindari bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan sekaligus berbahaya bagi kesehatan, di antaranya adalah BHA dan BHT, coal tar dye, formaldehyde-releaser, aluminum, paraben, propilen glikol, dan dibutil ftalat (DBP).

Industri juga dapat mempertimbangkan opsi upcycling (daur ulang produk menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi dari produk sebelumnya) dari bahan alam yang dibuang, untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh industri kosmetik. Misalnya, ampas kopi, limbah minyak zaitun, atau kulit buah adalah bahan yang sempurna untuk scrub, sabun, dan pelembap alami.

Selain itu industri melalui inisiasi program corporate social responsibility (CSR) dapat mengajak konsumen berdonasi (misalnya buku, penyediaan air bersih) melalui sampah produk kosmetik yang mereka kumpulkan, untuk selanjutnya didaur ulang oleh industri tersebut.

Inisiatif yang dilakukan The Bodyshop Indonesia bekerja sama dengan YKKS dan wecare.id berupa penyediaan kaki palsu hasil daur ulang sampah plastik kosmetik untuk kaum disabilitas pada April 2023 menjadi contoh konkret industri kosmetik konsisten menerapkan sustainability dalam iklim perusahannya.

Menciptakan produk yang ramah lingkungan tidak berarti mengorbankan kualitas atau keuntungan. Industri yang komitmen untuk menerapkan sustainability akan memperoleh banyak manfaat, di antaranya kualitas produk menjadi lebih baik, meningkatkan reputasi perusahaan dan merek kosmetik yang diproduksi serta meningkatkan CSR.

Konsumen

Di sisi konsumen, ada beberapa konsep sustainability yang bisa diterapkan konsumen. Konsumen bisa memilih kemasan kosmetik yang bisa digunakan ulang atau didaur ulang. Konsumen dapat menggunakan produk kosmetik yang cruelty-free, eco-friendly dan aman bagi kesehatan

Konsumen juga bisa menggunakan kosmetik dengan kandungan kelapa sawit yang tersertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

Komitmen yang kuat dan kolaborasi yang terbentuk antara pemerintah, industri, dan konsumen akan sangat menunjang keberhasilan kampanye sustainable beauty di Indonesia. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com