Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selamatkan Bumi dengan "Sustainable Beauty"

Hanya sedikit dari sampah tersebut yang dikelola dengan baik. Salah satu kontributor terbesar sampah plastik adalah kemasan produk kosmetik, baik produk makeup ataupun produk perawatan kulit (skincare).

Proses produksi, konsumsi, hingga pembuangan plastik dapat menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Semakin tinggi gas karbon yang diemisikan, semakin tinggi pula konsentrasi gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer. Hal itu akan berdampak signifikan pada perubahan iklim dunia.

Pertumbuhan kosmetik sejatinya bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, pertumbuhan industri kosmetik berimbas positif dalam menggerakkan roda ekonomi negara. Di sisi lain, pertumbuhan ini memberikan beban yang signifikan bagi lingkungan dari sampah kosmetik yang dihasilkan, baik ketika proses produksi maupun ketika produk digunakan konsumen.

Selain itu, penggunaan bahan-bahan yang terkandung dalam kosmetik yang bersifat less toxic bagi kesehatan menjadi perhatian serius dunia. Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya mengeluarkan batasan-batasan tertentu mengenai kandungan bahan yang diperbolehkan maupun yang dilarang dalam produk kosmetik.

Persyaratan itu perlu menjadi perhatian yang serius bagi industri kosmetik Indonesia yang ingin berekspansi ke dunia internasional. Karena dua isu besar inilah, terjadi peningkatan permintaan pasar akan produk kosmetik natural dan berbahan alami.

Meningkatnya kepedulian itu bermuara pada kampanye global yang bertajuk Sustainable Beauty. Gerakan ini membutuhkan komitmen dan kerja sama pemerintah, industri kosmetik, dan konsumen sebagai perwakilan masyarakat.

Pemerintah

Pemerintah memiliki peran vital dalam membuat kebijakan guna mendukung gerakan Sustainable Beauty. Selain menerbitkan peraturan terkait sustainability, pemerintah dapat mendorong industri agar beralih pada penggunaan bahan baku yang digunakan dalam formulasi kosmetik yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan berkelanjutan bagi lingkungan.

Misalnya, pemerintah melarang penggunaan bahan baku yang terbuat dari minyak bumi dan memberikan opsi substitusinya dengan oleokimia berbahan dasar tanaman dan bakteri, misalnya gliserin, argan oil, atau avocado oil.

Pemerintah juga dapat mendorong industri kosmetik untuk menerapkan sustainable packaging. Sustainable packaging adalah pemilihan material pengemas kosmetik berbasis bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan atau yang dapat didaur ulang.

Pemilihan material pengemas dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan industri. Material pengemas yang digunakan harus dapat didaur ulang (recycled), diisi ulang (refilled) dan/atau digunakan ulang (reused).

Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mendukung sustainable pacakaging adalah bambu, silikon, gelas, logam, dan kertas karton.

  • Bambu menjadi salah satu pilihan pengemas yang populer di industri kosmetik. Bambu merupakan sumber daya alam terbarukan. Bambu gampang tumbuh di mana saja tanpa intervensi pestisida dan pupuk. Pengemas bambu juga terkenal ringan dan tahan lama. Selain itu kemasan bambu terlihat mewah dan ramping, sehingga cocok digunakan sebagai pengemas kosmetik. 
  • Bahan silikon memiliki sifat seperti plastik, tahan lama, dapat digunakan ulang tetapi tidak melepas bahan kimia yang toksik ketika kontak dengan air atau pun tanah. Bahan ini juga tahan panas, fleksibel, dan telah lama digunakan sebagai bahan pengganti botol plastik. 
  • Kontainer yang terbuat dari gelas mudah didaur ulang, sehingga bahan ini dapat dijadikan alternatif pengemas kosmetik. Pada umumnya kemasan ini digunakan untuk kosmetik berwujud cairan dan krim.
  • Keunggulan kontainer. Keunggulan kontainer logam adalah tidak mudah berkarat, memiliki titik leleh yang rendah, sehingga proses daur ulang pengemas yang terbuat dari logam membutuhkan energi yang lebih rendah.
  • Kertas karton biodegradable.  Material ini dapat terurai dengan cepat tanpa merusak lingkungan atau membahayakan organisme hidup. Karena itu, material ini cocok digunakan sebagai pengemas primer maupun pengemas sekunder.

Industri Kosmetik

Tuntutan konsumen akan produk kosmetik yang bernilai kesehatan tinggi, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat sosial menjadikan industri kosmetik mengalihkan fokus untuk menggunakan bahan alami dan eco-friendly guna memenuhi ekspektasi konsumen.

Konsep eco-friendly tidak hanya terbatas pada proses produksi kosmetik yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga melibatkan proses pengemasan dan distribusi yang seminim mungkin menghasilkan polusi, baik polusi udara, air, maupun tanah.

Tren penggunaan bahan alami dalam kosmetik di antaranya minyak dan lemak nabati (seperti minyak bunga matahari dan shea butter), minyak esensial, minyak oleoresin, dan minyak peculi (bahan campuran parfum), serta ekstrak tumbuhan (ekstrak ginkgo, lemon, pomegranat dan teh hitam).

Sementara itu, industri juga diarahkan untuk menghindari bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan sekaligus berbahaya bagi kesehatan, di antaranya adalah BHA dan BHT, coal tar dye, formaldehyde-releaser, aluminum, paraben, propilen glikol, dan dibutil ftalat (DBP).

Industri juga dapat mempertimbangkan opsi upcycling (daur ulang produk menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi dari produk sebelumnya) dari bahan alam yang dibuang, untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh industri kosmetik. Misalnya, ampas kopi, limbah minyak zaitun, atau kulit buah adalah bahan yang sempurna untuk scrub, sabun, dan pelembap alami.

Selain itu industri melalui inisiasi program corporate social responsibility (CSR) dapat mengajak konsumen berdonasi (misalnya buku, penyediaan air bersih) melalui sampah produk kosmetik yang mereka kumpulkan, untuk selanjutnya didaur ulang oleh industri tersebut.

Inisiatif yang dilakukan The Bodyshop Indonesia bekerja sama dengan YKKS dan wecare.id berupa penyediaan kaki palsu hasil daur ulang sampah plastik kosmetik untuk kaum disabilitas pada April 2023 menjadi contoh konkret industri kosmetik konsisten menerapkan sustainability dalam iklim perusahannya.

Menciptakan produk yang ramah lingkungan tidak berarti mengorbankan kualitas atau keuntungan. Industri yang komitmen untuk menerapkan sustainability akan memperoleh banyak manfaat, di antaranya kualitas produk menjadi lebih baik, meningkatkan reputasi perusahaan dan merek kosmetik yang diproduksi serta meningkatkan CSR.

Konsumen

Di sisi konsumen, ada beberapa konsep sustainability yang bisa diterapkan konsumen. Konsumen bisa memilih kemasan kosmetik yang bisa digunakan ulang atau didaur ulang. Konsumen dapat menggunakan produk kosmetik yang cruelty-free, eco-friendly dan aman bagi kesehatan

Konsumen juga bisa menggunakan kosmetik dengan kandungan kelapa sawit yang tersertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

Komitmen yang kuat dan kolaborasi yang terbentuk antara pemerintah, industri, dan konsumen akan sangat menunjang keberhasilan kampanye sustainable beauty di Indonesia. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/05/03/120446820/selamatkan-bumi-dengan-sustainable-beauty

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke