"Tujuan saya bergeser ke hal-hal yang memiliki makna emosional. Saya hidup pada saat ini dan membiarkan masa depan mengurus dirinya sendiri."
"Saya juga lebih fokus pada hubungan saat ini dan hubungan yang penting secara emosional. Saya bekerja, tetapi hanya di tempat dan waktu yang saya pilih," ujar dia.
Olson menambahkan, ia tidak pernah khawatir tentang kematian, tetapi hanya bagaimana ia akan mati.
"Jaringan sosial saya menyusut, tetapi saya mengejar hubungan yang paling penting," ungkapnya.
"Saya mulai menikmati hidup, mengabaikan hal-hal sepele, lebih menghargai orang lain, dan lebih mudah memaafkan. Semakin saya melakukan hal ini, saya merasa semakin bahagia.
"Saya mengalami kehilangan, tetapi saya menjadi lebih nyaman dengan kesedihan."
"Hidup menjadi lebih dari sekadar serangkaian peristiwa yang menyakitkan. Saya mengalami lebih banyak sukacita, kebahagiaan, dan kepuasan," tutur dia.
Menurut Olson, tidak terlalu banyak berekspektasi pada masa depan atau hari esok membuat orang-orang tua jauh merasa lebih bahagia karena itu dapat mengurangi stres.
"Biarkan masa depan mengejutkan kita dan terjadi sebagaimana mestinya," kata Olson.
Jika kita masih beberapa tahun lagi menuju masa pensiun, jangan tunggu sampai berusia 65 tahun untuk merasakan urgensi waktu.
"Mengapa harus menghabiskan waktu 30-40 tahun di masa pensiun?"
"Pinjamlah waktu dari masa pensiun selagi kita masih muda. Jadi, berpikir dan berbahagialah seperti orang tua," imbuh dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang