Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berpikir seperti Lansia Bisa Bikin Hidup Lebih Bahagia, Benarkah?

Bisa saja, di usia tua kita justru memiliki waktu-waktu terbaik dalam hidup untuk menjadi lebih bahagia.

Bahkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang psikolog bernama Laura Carstenson, ia menemukan orang tua (lansia) merasa lebih bahagia daripada orang-orang yang lebih muda.

Anggapan yang salah tentang penuaan

Pada tahun 1980-an, masyarakat menganggap usia tua sebagai sesuatu yang patologis, bahwa depresi, kecemasan, dan hilangnya fungsi kognitif, serta ingatan adalah konsekuensi yang tak terelakkan dari penuaan.

Menurut Loren A. Olson, MD, psikiater di Moines, Iowa, banyak orang Amerika Serikat memuja kemudaan dan menghabiskan uang setiap tahunnya untuk mengejar segala sesuatunya yang berbau awet muda.

"Padahal, walaupun kesehatan fisik dan fungsi tubuh kita menurun di usia dewasa, namun kebahagiaan tidak demikian," kata dia seperti dikutip dari Psychology Today.

Beberapa penelitian menunjukkan, depresi, stres, kecemasan, kekhawatiran, dan kemarahan, semuanya justru dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia.

"Kuncinya adalah kita menyadari bahwa kita tidak akan hidup selamanya, dan itu akan mengubah cara pandang kita dengan cara hidup yang lebih positif," kata Olson.

Kesehatan mental meningkat seiring bertambahnya usia

Penuaan bukanlah penyakit, tetapi fase hidup.

Sementara itu, demensia adalah penyakit yang bisa menyerang saat kita bertambah tua.

Sayangnya, demensia dan penuaan sering digunakan secara bergantian.

Demensia bukanlah konsekuensi yang tak terelakkan dari penuaan.

Sangat tidak menyenangkan untuk mempertimbangkan 10 persen dari populasi lansia menderita demensia.

Namun, hal ini akan terlihat jauh berbeda ketika kita mengetahui bahwa 90 persen lansia tidak mengalami demensia.

Lansia secara umum memproses informasi lebih lambat.

Hal ini dapat membuat frustasi dan menyebabkan mereka dan orang yang mereka cintai khawatir akan demensia.

"Tetapi, waktu respons yang lebih lama dapat mengurangi impulsifitas, di mana kita memiliki lebih banyak waktu untuk memikirkan masalah dan memberikan respons yang dipertimbangkan," ungkap Olson.

"Usia kronologis hanyalah sebuah angka. Kita memiliki usia fisik, usia psikologis, dan usia seksual. Semua itu bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan dari waktu ke waktu," jelas dia.

Di beberapa bidang, banyak hal yang membaik seiring bertambahnya usia, antara lain:

• Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

• Keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dalam.

• Kebijaksanaan dan empati.

• Kapasitas untuk memaafkan.

• Rasa syukur.

• Ketahanan.

• Berkurangnya gejolak emosi dan impulsif.

Mempersepsikan masa depan

Kaum muda mungkin lebih fokus pada tujuan yang terkait dengan pembelajaran, perencanaan karier, dan hubungan sosial baru yang dapat membuahkan hasil di masa depan.

Sebagai anak muda, kita merasa tidak ada batasan waktu.

Namun, setiap hari berbagai hal terjadi untuk mengingatkan kita akan kefanaan dan hal itu tampaknya semakin sering terjadi.

"Seiring bertambahnya usia, saya mulai memusatkan perhatian saya pada aspek-aspek positif dari dunia saya," kata Olson.

"Tujuan saya bergeser ke hal-hal yang memiliki makna emosional. Saya hidup pada saat ini dan membiarkan masa depan mengurus dirinya sendiri."

"Saya juga lebih fokus pada hubungan saat ini dan hubungan yang penting secara emosional. Saya bekerja, tetapi hanya di tempat dan waktu yang saya pilih," ujar dia.

Olson menambahkan, ia tidak pernah khawatir tentang kematian, tetapi hanya bagaimana ia akan mati.

"Jaringan sosial saya menyusut, tetapi saya mengejar hubungan yang paling penting," ungkapnya.

"Saya mulai menikmati hidup, mengabaikan hal-hal sepele, lebih menghargai orang lain, dan lebih mudah memaafkan. Semakin saya melakukan hal ini, saya merasa semakin bahagia.

"Saya mengalami kehilangan, tetapi saya menjadi lebih nyaman dengan kesedihan."

"Hidup menjadi lebih dari sekadar serangkaian peristiwa yang menyakitkan. Saya mengalami lebih banyak sukacita, kebahagiaan, dan kepuasan," tutur dia.

Menurut Olson, tidak terlalu banyak berekspektasi pada masa depan atau hari esok membuat orang-orang tua jauh merasa lebih bahagia karena itu dapat mengurangi stres.

"Biarkan masa depan mengejutkan kita dan terjadi sebagaimana mestinya," kata Olson.

Jika kita masih beberapa tahun lagi menuju masa pensiun, jangan tunggu sampai berusia 65 tahun untuk merasakan urgensi waktu.

"Mengapa harus menghabiskan waktu 30-40 tahun di masa pensiun?"

"Pinjamlah waktu dari masa pensiun selagi kita masih muda. Jadi, berpikir dan berbahagialah seperti orang tua," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/15/230000320/berpikir-seperti-lansia-bisa-bikin-hidup-lebih-bahagia-benarkah-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com