1. Melawan intuisi
Puasa intermiten membutuhkan disiplin, pengendalian diri, dan perencanaan ke depan.
Bagi sebagian orang, menggunakan taktik tersebut untuk menjaga asupan kalori dalam jangka waktu yang ditentukan bukanlah masalah, namun bagi sebagian lainnya, mungkin terasa aneh pada awalnya.
Baca juga: Selain Lapar, Ini Penyebab Perut Keroncongan
Hal ini terutama berlaku jika kita terbiasa mengandalkan intuisi atau sinyal perut untuk memutuskan kapan harus makan.
Terlebih lagi, jika jadwal Anda cenderung bervariasi dari hari ke hari karena pekerjaan, keluarga, atau kewajiban lainnya.
2. Cenderung kelaparan
Jika kita tidak terbiasa berpuasa, menahan untuk tidak makan selama periode 8-12 jam akan terasa lama. Di awal menjalani diet ini kita akan merasa sangat kelaparan.
Namun ketika kita sudah mulai terbiasa, kita akan merasa tidak mudah lapar lagi.
3. Efek sampingnya berpengaruh pada mood
Selain merasa kelaparan, kita mungkin akan merasa mood tidak stabil. Hal ini bisa dipahami, sebab pada saat berpuasa kita kaan mengalami sakit kepala, sembelit, lelah, dan juga gangguan tidur.
Selain itu, cemas dan mudah tersinggung adalah gejala klasik dari gula darah rendah. Ini merupakan respon tubuh yang umum terhadap pembatasan kalori atau puasa.
Tapi, seperti halnya rasa lapar semakin rutin kita menjalani puasa, semakin stabil juga emosi kita.
Baca juga: Ingin Diet tapi Punya Maag? Pertimbangkan Makanan ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.