Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Setiap manusia memiliki mekanisme pertahanan diri yang berguna untuk melindungi diri mereka dan menghindari perasaan tak menyenangkan seperti kepastian, ketakutan, atau rasa malu.
Dalam psikologi, hal tersebut dikenal dengan istilah avoidance coping mechanism yang berupa bentuk penghindaran diri berdasarkan pengalaman yang telah dirasakan.
Hal ini ditandai dengan upaya seseorang secara sadar atau tidak sadar, dilakukan untuk menghindar dari perasaan stres atau kecemasan.
Namun, metode ini berpotensi menyebabkan dampak buruk bagi seseorang seperti menarik diri dari lingkungan sosial dan kerap menolak realita. Seperti yang dibahas dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Auto Menolak Realita karena Avoid Mechanism” dengan tautan akses s.id/AnJiwAvoid.
Menurut American Psychology Association (APA), avoidance coping mechanism adalah suatu coping yang maladaptif yang kerap mengubah perilaku seseorang untuk terus menghindar, memikirkan, merasakan, atau melakukan hal yang sulit.
Baca juga: Seberapa Ampuh Self Talk?
Dalam jangka panjang, hal tersebut justru dapat memperburuk situasi yang menimbulkan stres dan kecemasan. Dalam kasus yang lebih parah, perilaku menghindar dapat menjadi penyangkalan dan akan cenderung menolak kenyataan yang telah terjadi.
Pada dasarnya, manusia memiliki mekanisme pertahanan diri yang terjadi secara tak sadar sebagai upaya untuk melindungi ego dan menghindar perasaan pikiran, atau dorongan hati yang tak nyaman.
Menurut Verywell Mind, melakukan konsultasi dengan psikolog dapat membantu mengidentifikasi dan memahami bagaimana mekanisme pertahanan muncul. Hal ini juga akan memperdalam kesadaran diri untuk bereaksi ketika perasaan stres muncul.
Orang-orang yang memiliki pengalaman traumatis dan memiliki kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi kerap menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk menjalankan kehidupan mereka.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.