Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Pendampingan Orangtua Melewati Masa Krisis Remaja

Kompas.com - 05/01/2024, 14:12 WIB
Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Heryanti Satyadi dan Desty Dwi Kayanti*

MASA remaja adalah masa individu mulai mencari jati dirinya, dimulai dari umur 13-15 tahun (disebut remaja awal) dan umur 16-18 tahun (disebut remaja akhir).

Selama proses mencari jati diri seorang remaja dihadapkan pada berbagai tantangan, baik dalam dirinya maupun dari luar dirinya.

Tantangan dalam diri remaja, sebagaimana dijelaskan oleh teori Erikson bahwa pada masa remaja, individu memiliki tugas perkembangan, yaitu identity (mencari identitas diri). Remaja mulai mencari siapa dirinya, apa peran yang akan dilakukan, apa tujuan hidup yang akan dilakukan dan lain-lain.

Remaja yang belum menemukan identitas dirinya akan mengalami kebingungan peran (Role Confusion), yaitu remaja akan bingung mencari jati dirinya dan belum bisa melihat masa depan dengan jelas sehingga ia mudah mengikuti pengaruh pergaulan negatif dari luar dirinya terutama pergaulan teman sebayanya yang membuat remaja menunjukkan perilaku negatif.

Beberapa perilaku negatif pada remaja terlihat dari data kasus di Indonesia selama 2023.

Pertama, tiga rombongan remaja yang menyerang warga dengan senjata tajam di jalan raya Ciseeng, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.

Kedua, tujuh pelajar SMP di Palopo yang ditangkap polisi usai memerkosa temannya. Remaja 16 tahun menganiaya bocah 8 tahun di Palu, Sulawesi Tengah, hingga tewas.

Ketiga, meningkatnya jumlah remaja yang mengidap Human Immunodeficiancy Virus (HIV) di Kabupaten Tulungagung.

Keempat, adanya kasus bullying oleh teman sebaya pada santri MTS di Blitar, Jawa Timur yang membuat korban meninggal dunia.

Ada sejumlah masalah perilaku yang dapat terjadi ketika seorang remaja tidak berhasil memenuhi tugas perkembangannya, yaitu:

  1. Terjadinya masalah pada akademik, yaitu remaja mengalami penurunan nilai di sekolah karena bingung dengan pelajaran yang sedang dipelajari, tidak mengejarkan tugas-tugas yang diberikan guru, menurunnya motivasi belajar dan sering bolos.
  2. Remaja dapat mengaitkan identitas dirinya dengan hal negatif, yaitu merasa diri diterima dalam “gang” atau “circle” pertemanannya dengan melukai atau berhasil membuat orang lain terluka, melakukan perilaku merusak ataupun ia merasa berharga ketika ia berhasil melakukan perilaku negatif di lingkungannya.
  3. Remaja menjadi tidak patuh kepada orangtua (memberontak)
  4. Merasa malu dengan tubuhnya. Fase remaja terjadi perubahan hormon yang membuat terjadi perubahan pada bentuk tubuhnya, timbulnya jerawat, berat badan yang berubah dan lain-lain. Hal itu membuat remaja tidak menghargai apa yang sudah dimilikinya dan timbulnya rasa rendah diri karena kondisi tubuhnya.
  5. Timbulnya masalah seksualitas (pacaran bebas, sex bebas, pornografi). Remaja yang kebingungan mengambil peran dalam lingkungan sosial dengan mengikuti kegiatan positif akan mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan sosialnya dengan berpacaran, bahkan sampai melakukan sex bebas. Kemudahan media sosial saat ini membuat mereka dapat mengakses video-video pornografi.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, masa remaja merupakan masa krisis yang membutuhkan persiapan dan pendampingan oleh orangtua.

Oleh karena itu, orangtua perlu mengetahui bagaimana perkembangan anak remaja sehingga dapat membantu remaja melewati fase kritis dalam perkembangannya.

Apa yang bisa orangtua lakukan?

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk membantu remaja melewati fase krisis sebagai berikut:

Pertama, orangtua dapat mulai mengubah ekspetasi/tuntutan menjadi harapan kepada remaja. Orangtua tidak lagi memaksakan tuntutan seperti anak harus menjadi dokter, polisi, harus pintar berbagai hal dan lain-lain sesuai ekspetasi orangtua terhadap anak.

Orangtua mulai mengubahnya dengan memberikan inspirasi kepada anak dengan membantu menemukan siapa dirinya, minatnya apa, lalu memberikan gambaran mengenai peran yang dapat dilakukan di lingkungannya dengan potensi yang dimilikinya.

Kedua, orangtua dapat mengawasi pola pikir anak dengan cara mengajak komunikasi. Peran orangtua sangat penting dalam mengajak anak berdiskusi atau bertukar pikiran, sehingga orangtua mengetahui apa yang sedang anak pikirkan, rasakan dan apa rencana yang akan di lakukan dalam kehidupannya.

Ketiga, orangtua dapat menjadi teman untuk anak. Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya lebih besar dari orangtua. Teman sebaya dapat menjadi teman curhat, dapat memahami apa yang dirasakan temannya, dan teman sebaya sering memiliki waktu untuk berbagi satu sama lain.

Oleh sebab itu, pentingnya peran orangtua untuk menjadi teman di rumah agar anak dapat menceritakan apapun kepada orangtua tanpa dihakimi dan disalahkan. Anak dapat merasa dihargai, didengarkan, dan dipahami kondisinya oleh orangtua.

Keempat, orangtua dapat mengisi hati anak dengan nilai, religiusitas, sudut pandang kedewasaan dan tanggungjawab ke anak.

Jika anak sudah nyaman dan merasa aman untuk berbagi apapun kepada orangtua, maka dengan mudah orangtua dapat memberikan pengaruh nilai-nilai baik kepada diri anak.

Anak akan paham sudut pandang untuk mempersiapkan masa depannya dan anak akan lebih mengerti arti tanggung jawab. Sehingga anak dapat mengetahui dan membedakan hal-hal yang positif dan negatif bagi dirinya.

Kelima, meluangkan quality time bersama anak. Waktu berkualitas bersama anak, yaitu orangtua hadir penuh, baik secara fisik maupun pikiran.

Saat bersama anak, berikan kesan dan perhatian kepada anak tanpa distraksi apapun. Luangkan waktu khusus orangtua dalam mendengarkan apa yang anak lakukan seharian, apa yang dirasakan anak hari ini, ada kejadian apa yang dialami anak, apa yang ingin ia lakukan ke depan, dan lain-lain hal yang dapat membuat anak merasa orangtua ada untuk dirinya.

Langkah-langkah di atas tentunya menjadi tantangan bagi orangtua untuk mulai menerapkannya di dalam keluarga.

Selain itu orangtua juga perlu mengetahui apa saja tantangan lain dalam mengasuh dan mendidik anak remaja agar orangtua dapat mengantisipasinya sejak awal.

Tantangan pengasuhan anak

Ada sejumlah tantangan pengasuhan bagi orangtua yang memiliki anak remaja, yakni:

Pertama, teknologi menjadi orangtua ketiga untuk anak. Perkembangan teknologi memudahkan anak mencari tahu segala hal di dunia maya.

Jika orangtua tidak hadir menjadi sumber pengetahuan dan sumber nilai-nilai kebaikan bagi anak, maka anak akan mudah mencari dan bertanya melalui internet.

Masalahnya, ketika sudah mulai nyaman dengan teknologi, anak tidak membutuhkan lagi kehadiran orangtua. Sementara anak belum tahu apakah yang didapatkan dalam teknologi tersebut akan berdampak negatif atau positif dalam kehidupannya.

Kedua, anak hidup di tengah kekerasan. Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa anak hidup di tengah fenomena bullying di keluarga, pergaulan, maupun di media sosial.

Hal ini menuntut orangtua untuk lebih paham dan peduli atas kondisi yang anak rasakan.

Orangtua perlu menciptakan lingkungan yang aman untuk anak. Orangtua perlu mengingatkan anak agar tidak meniru perilaku kekerasan yang ia lihat.

Ketiga, perpecahan dalam keluarga. Adanya konflik dalam keluarga dapat menyebabkan anak merasa tidak aman berada di dalam rumah. Ia akan mencari tempat yang aman di luar rumah seperti berkumpul dengan teman-temannya.

Ketika sudah nyaman dengan kelompok pertemanan, anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya.

Keempat, adanya muncul isu seksualitas (pornografi, seks bebas). Isu seksualitas yang banyak terjadi di kalangan remaja dapat berdampak pada pikiran dan perilaku anak.

Anak yang tidak kuat dasar nilai dan religiusitas dalam keluarganya dapat terpengaruh perilaku seksualitas di lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, pentingnya pengawasan dan pendidikan seksualitas dari orangtua untuk mempersiapkan anak menghadapi isu seksualitas tersebut.

Kelima, munculnya pikiran pada remaja bahwa nilai moral dan nilai agama hanya sebuah pilihan.

Remaja yang tidak kuat dasar nilai moral dan nilai agama dapat menganggap bahwa nilai-nilai tersebut hanya pilihan untuk dilaksanakan atau tidak.

Hal ini dapat menjadi tantangan bagi orangtua agar memperkuat dan memberikan contoh penerapan nilai moral dan nilai agama dalam keluarga.

Berbagai tantangan di atas akan dihadapi oleh orangtua dalam pengasuhan anak remaja. Peran dan kesadaran orangtua sangat dibutuhkan agar anak mampu mengendalikan kehidupannya yang penuh dengan tantangan.

Kesimpulannya adalah masa remaja adalah masa kritis yang akan dilalui oleh anak dan membutuhkan kerja sama yang baik antarkomponen seperti orangtua, anak dan lingkungan sosial (masyarakat dan sekolah) untuk bersama-sama melalui tantangan.

Proses pengasuhan remaja tentu tidak mudah, Ayah Bunda. Carilah social support di sekeliling Ayah Bunda yang dapat saling mengingatkan, saling peduli, dan saling menguatkan dalam prosesnya.

Dengan menjaga dan merawat anak remaja, Ayah Bunda sudah berkontribusi dalam menjaga dan merawat anak bangsa yang unggul untuk masa depan.

*Dr. Heryanti Satyadi, M.Si, Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara
Desty Dwi Kayanti, mahasiswi S2 Universitas Tarumanegara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com