Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

"Verbal Abuse" dan Dampak Jangka Panjang Kesehatan Mental

Kompas.com - 16/02/2024, 10:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Vicky Tjung dan Agustina*

DALAM kehidupan sehari-hari, kita seringkali melupakan, bahkan tidak menyadari betapa besar dampak dari kata-kata yang keluar dari mulut kita.

Kata-kata yang terdengar sepele ternyata dapat menyakiti batin. Nah, ini termasuk verbal abuse, yang seringkali terabaikan, memiliki kekuatan merusak hubungan, memengaruhi kesehatan mental, dan menciptakan luka mendalam.

Tidak heran kalau ‘ngegas’ dengan kata-kata, bisa merusak hubungan yang telah kita bangun susah payah.

Nah, kira-kira kenapa ya verbal abuse itu memiliki dampak yang begitu besar dan tidak baik? Yuk, kita cari tahu apa saja bentuk-bentuk verbal abuse dan mengapa penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara.

Verbal abuse (kekerasan verbal) adalah setiap ucapan yang ditujukan kepada seseorang yang mungkin dianggap merendahkan, tidak sopan, menghina, mengintimidasi, rasis, seksis, homofobia, ageis, atau menghujat.

Membuat pernyataan sarkastik, menggunakan nada suara yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak diinginkan juga termasuk dalam bentuk dari verbal abuse (Johnson, 2000).

Verbal abuse dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak terbatas pada kelompok atau karakteristik tertentu. Perbuatan ini bisa dilakukan oleh pasangan, anggota keluarga, teman, rekan kerja, atau siapapun yang terlibat dalam hubungan interpersonal.

Biasanya kekerasan verbal erat kaitannya dengan kekerasan psikologis. Akibat diejek terus menerus, psikologis seseorang bisa jadi terganggu yang kemudian memiliki dampak lebih buruk daripada kekerasan fisik karena dilakukannya perlahan dan tidak terbentuk.

Pola perilaku verbal abuse

Ellis, A., & Joffe Ellis, D. (2019) dalam bukunya yang berjudul Rational Emotive Behavior Therapy mengemukakan empat perilaku dari verbal abuse, yaitu:

Pertama, Generalisasi Negatif. Menggunakan kata-kata negatif, tanpa dasar atau argumen yang kuat untuk menyatakan suatu pandangan.

Generalisasi ini dapat memperburuk konflik dan merugikan hubungan dengan menciptakan gambaran yang terlalu menyederhanakan perilaku orang lain.

Contohnya, menyatakan bahwa seseorang selalu membuat kesalahan tanpa mempertimbangkan keadaan spesifik.

Kedua, Mengkritik dan Menyalahkan. Menyalahkan orang lain tanpa mempertimbangkan perspektif atau kontribusi mereka, hal ini dapat menciptakan atmosfer yang defensif sehingga dapat merusak hubungan interpersonal.

Contohnya, menyalahkan seseorang sepenuhnya atas suatu masalah tanpa mementingkan faktor maupun variabel lain yang memengaruhi situasi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com