Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Pentingnya Membangun Empati pada Anak sejak Dini

Kompas.com - 16/06/2024, 15:23 WIB
Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Patricia Helga Harun, Veronica Venesia, Sherleen Sharkesyan, dan Denrich Suryadi, M.Psi.*

PERNAH melihat seorang anak yang tidak peduli atau kasihan saat temannya sedang sedih? Anak yang tidak mau berbagi atau meminjamkan barangnya?

Anak yang tidak merasa bersalah ketika menyakiti temannya? Atau bahkan tidak mau mendengarkan orangtuanya? Mungkin ini terjadi pada anak atau saudara kita sendiri.

Kondisi-kondisi di atas ini merupakan beberapa tanda kurangnya empati pada anak. Kurangnya empati dapat terjadi pada siapa saja.

Empati adalah kemampuan mengenali, memahami, dan berbagi pemikiran serta perasaan orang lain, hewan, atau karakter fiksi.

Dilansir dari Psychology Today, anak-anak dilahirkan dengan tingkat empati tertentu. Mereka memiliki keinginan untuk menjadi baik dan membantu orang lain.

Namun, sebelum menginjak usia sekitar tujuh tahun, anak belum bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Anak akan mampu melihat dunia dari sudut pandang orang lain seiring berjalannya usia.

Selain mengajarkan keterampilan akademis seperti membaca, menulis, dan menghitung, penting juga untuk membangun empati pada anak sejak usia dini.

Penanaman empati sejak dini sangat penting agar dapat membantu anak dalam memahami dan menghargai perasaan orang lain, serta dapat memahami dan merasakan suatu hal berdasarkan sudut pandang orang lain.

Selain itu, dengan menanamkan kemampuan berempati sejak dini, anak dapat memiliki kemampuan bersosialisasi, berinteraksi, serta menjalin kerja sama yang baik dengan lingkungan di sekitarnya.

Salah satu dampak jika anak memiliki empati yang rendah adalah dapat memicu munculnya perilaku agresif.

Perilaku agresif adalah segala perilaku atau tindakan yang bertujuan menyakiti orang lain, hewan, maupun merusak properti.

Anak dapat menunjukkan perilaku agresif berupa mengejek atau membicarakan orang lain, maupun memaki menggunakan kata-kata kasar.

Pengaruh rendahnya empati dengan munculnya perilaku agresif pada anak dibuktikan melalui penelitian empati pada anak usia dini di tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan empati anak yang tidak optimal dapat meningkatkan perilaku agresif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com