“Aku mulai padel itu awal tahun 2024 di Jakarta, waktu itu masih belum hits banget. Bahkan di satu lapangan hanya ada sedikit pelatih,” katanya.
Karena latar belakangnya olahraga tenis, laki-laki yang saat ini menjadi pelatih padel merasa tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan teknik padel.
“Adaptasinya tidak begitu rumit, hanya fokus belajar pantulan bola ke kaca. Jadi lebih mengandalkan koordinasi gerak,” jelasnya.
Ketertarikannya terhadap padel semakin dalam ketika melihat pertumbuhan minat masyarakat.
“Pertengahan sampai akhir tahun 2024, minat masyarakat ke padel semakin meningkat. Bahkan akhirnya banyak lapangan padel yang bertambah terus di beberapa kota di Indonesia,” ungkap Farid.
Baca juga: Berapa Biaya yang Dibutuhkan untuk Latihan Padel?
Salah satu daya tarik utama padel terletak pada kesederhanaannya. Bagi pemula, padel terasa lebih ramah dan mudah dimainkan dibandingkan tenis.
Ukuran lapangan yang lebih kecil, teknik dasar yang tidak terlalu kompleks, serta permainan berpasangan yang tidak terlalu menguras stamina, menjadi beberapa alasan mengapa banyak orang tertarik mencoba.
Sasti, yang sudah merasakan perbedaan antara tenis dan padel, menyebut bahwa transisinya cukup mulus.
“Banyak orang beralih dari tenis ke padel karena teknik permainannya tidak terlalu susah dan lapangannya pun tidak begitu besar juga,” katanya.
Ia menambahkan, adaptasi tidak memakan waktu lama bagi mereka yang sudah pernah bermain tenis.
Baca juga: Sedang Hits, Ini 4 Manfaat Olahraga Padel untuk Kesehatan
Sementara itu, Farid menambahkan, padel memiliki keunggulan tersendiri karena lebih ringan namun tetap menantang.
“Kalau mau cari olahraga yang seru, tapi enggak terlalu sulit untuk beradaptasi, maka pilihannya padel,” katanya.
Menurutnya, padel cocok bagi mereka yang ingin tetap aktif tanpa merasa terbebani secara teknis.
Di sisi lain, Rizky Rahman (24), seorang karyawan swasta yang baru mengenal padel pada awal 2025, semula menganggap olahraga ini hanya sekadar viral.