KOMPAS.com - Tobatenun menghadirkan MAULIATE, sebuah perayaan akhir tahun yang dirancang bukan hanya sebagai penutup tahun, tetapi sebagai ruang syukur yang berakar pada budaya Batak.
Menggabungkan mode, kolaborasi kreatif, dan suasana kekeluargaan, acara ini menjadi cara Tobatenun menunjukkan sisi hangat budaya Batak yang sering luput dari sorotan publik.
Tahun ini, mereka ingin menghadirkan sesuatu yang tidak hanya bernuansa euforia semata.
“Biasanya kita suka bikin end year celebration. Tapi rasanya ingin membuat sesuatu yang enggak cuma party,” kata CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria Pandjaitan dalam acara MAULIATE di Sopo Del Tower, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).
Baca juga: 6 Tantangan Melestarikan Tenun Batak ke Generasi Muda Menurut TobaTenun
Adapun nama perayaan ini, MAULIATE, merupakan bahasa Batak yang artinya terima kasih, sebuah makna yang ingin Tobatenun wujudkan melalui perayaan akhir tahun ini.
Di samping itu, Kerri dan tim lalu mencari cara merayakan akhir tahun dengan makna yang lebih dalam, sekaligus memperkenalkan budaya Batak kepada audiens yang lebih luas.
Pertanyaan itu membawa Tobatenun pada satu tradisi, yaitu festival Gotilon, sebuah festival syukur dalam budaya Batak yang belum banyak dikenal publik umum.
“Sekalian pengenalan tentang festival Gotilon. Caranya lebih modern, menggabungkan Gotilon, end year, dan kolaborasi dengan landlord kita,” jelas Kerri.
Kerri menerangkan, festival Gotilon merupakan perayaan panen dalam budaya Batak, sebuah ungkapan syukur atas hasil bumi yang kemudian menginspirasi MAULIATE sebagai bentuk syukur atas perjalanan Tobatenun di tahun 2025.
Baca juga: Toba Tenun Gaungkan Peran Perempuan dalam Melestarikan Tenun Batak
CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria Pandjaitan dalam acara MAULIATE di Mega Kuningan Barat 3, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).Bagi Kerri, MAULIATE lebih dari sekadar acara publik. Ia ingin setiap tamu merasa seperti datang ke rumah keluarga.
“Model acara di Tobatenun itu, aku ingin orang datang kayak datang ke rumah saudara. Lebih hangat, dan mereka bisa melihat budaya Batak dari sisi yang lebih lembut,” sambungnya.
Menurutnya, budaya Batak sering kali mendapat stigma “keras”. MAULIATE hadir menjadi ruang untuk menunjukkan sisi lain yang juga penting, yaitu kehangatan, keramahan, dan kekeluargaan dalam budaya Batak.
Baca juga: Tenun, Suara Perempuan yang Jadi Wajah Perlawanan Kebudayaan di NTT
Melalui kolaborasi dengan desainer dan studio kreatif, MAULIATE tidak hanya memperkenalkan tradisi Batak, tetapi juga menampilkannya dalam format kontemporer yang dapat dinikmati generasi muda.
Dengan menggabungkan nilai budaya, rasa syukur, dan presentasi kreatif, Tobatenun berharap MAULIATE menjadi pengingat bahwa warisan Batak bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga dirayakan.
Koleksi wastra dan busana Tobatenun dengan kolaborasi bersama beberapa desainer dalam acara MAULIATE di Mega Kuningan Barat 3, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).Sebagai perayaan yang berakar pada budaya Batak, acara ini tentu menyoroti kekayaan wastra Batak, termasuk ulos sadum dan tumtuman, dua kain yang identik dengan momen sukacita.