Penulis
KOMPAS.com - Menjalani peran sebagai ibu tunggal tentu bukan hal yang sederhana, apalagi tanpa banyak dukungan di sekitar.
Namun Rosita Amelia Putri (27), ibu asal NTB, terus berusaha tetap kuat dan stabil demi anaknya yang kini duduk di bangku SD.
Sejak awal menjadi ibu, Rosita menyadari bahwa perjalanan ini harus ia tempuh hampir tanpa support system.
Ia mengaku tidak ada tempat mengadu, tidak ada rumah untuk pulang, dan tidak selalu ada orang dewasa yang membantunya mengambil keputusan.
Meski begitu, ia terus melangkah perlahan, memperjuangkan stabilitas hidup bagi dirinya dan anaknya.
"Ada masa ketika satu tubuh kecil ini harus memainkan banyak peran," ujar Rosita kepada Kompas.com, baru-baru ini.
Baca juga: Tak Ingin Anaknya Mewarisi Trauma, Ini Cara Rosita Mengelola Rasa Bersalah
Rosita mengaku sempat berada pada titik terendah, terutama ketika harus berpindah-pindah tempat tinggal.
Salah satu momen yang membekas adalah ketika ia dan anaknya berjalan di tengah hujan untuk mencari tempat berteduh.
Saat itu, anaknya berkata pelan, "Ma, sabar ya. Nanti kalau aku besar, aku bikinin rumah".
Kalimat sederhana itu membuat Rosita menangis sekaligus meneguhkan niatnya. Ia tidak ingin pengalaman pahit yang pernah ia alami berpindah kepada anaknya.
"Aku merasa bersalah karena anakku ikut merasakan hal yang seharusnya bukan bebannya," ujarnya.
Alih-alih terhanyut dalam rasa bersalah, ia memaknai momen itu sebagai pengingat untuk mengenali batas diri sekaligus menguatkan pijakan agar bisa menjadi orang tua yang hadir secara utuh.
Tidak memiliki support system berarti Rosita harus lebih peka pada tanda-tanda kelelahan fisik dan emosional.
Ia belajar mengatur stres dan menjaga ruang aman bagi dirinya sendiri agar tetap mampu mengasuh anak secara sehat.
Menurut Rosita, menjadi ibu tidak selalu soal mengerahkan seluruh tenaga, tetapi juga menjaga kesehatan mental agar tetap stabil.