Penulis
Pada beberapa kasus, konseling individu, terapi kelompok, atau terapi perilaku kognitif (Cognitive Behaviour Therapy/CBT) juga diperlukan untuk membantu korban memahami emosi dan pikiran yang muncul setelah bencana.
Baca juga: Gizi Anak Harus Terjaga di Saat Bencana, Jangan Asal Beri Donasi Makanan
Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan dalam menghadapi bencana. Mereka sering kali belum mampu mengungkapkan ketakutannya secara verbal.
Karena itu, pendekatan bermain, menggambar, atau bernyanyi lebih efektif membantu mereka mengekspresikan emosi.
Kegiatan ini juga dapat meredakan ketegangan dan mengembalikan rasa aman bagi anak, terutama ketika mereka terpapar lingkungan baru atau harus tinggal di pengungsian.
Baca juga: 50 Ucapan Empati untuk Korban Banjir, Dukungan Tulus yang Menguatkan di Masa Sulit
Bencana memang merusak bangunan dan fasilitas, tetapi dampaknya terhadap kondisi emosional sering kali bertahan lebih lama dari yang terlihat.
Pemenuhan kebutuhan logistik tetap penting, namun perhatian terhadap faktor psikologis tidak boleh diabaikan.
Dengan dukungan sosial yang kuat dan ruang aman untuk bercerita, penyintas memiliki peluang lebih besar untuk pulih dan membangun kembali kehidupan mereka setelah bencana.
Baca juga: Waspada Banjir, Pahami 5 Aturan Keselamatan dalam Menghadapi Bencana
Ulurkan tanganmu membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di situasi seperti ini, sekecil apa pun bentuk dukungan dapat menjadi harapan baru bagi para korban. Salurkan donasi kamu sekarang dengan klik di sini