Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik PPP Strategi Menangkan Pemilu 2009

Kompas.com - 05/01/2009, 20:39 WIB

JAKARTA, SENIN - Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Bima Arya, menilai konflik yang terlihat semakin meruncing diantara elit Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP) sebenarnya merupakan bagian dari strategi memenangkan Pemilu 2009.

"Itu sebenarnya bukan konflik, tetapi rekayasa dari Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Bachtiar Chamsyah dan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali untuk memenangkan Pemilu 2009," ujar Bima Arya di Jakarta, Senin (5/1) saat diminta pendapatnya tentang konflik yang terjadi antara Ketua MPP PPP dan Ketua Umum PPP itu belakangan ini.

Menurut Bima, keduanya sudah bagi-bagi tugas untuk mengamankan posisi PPP dalam pemerintahan 2009-2014, terlepas siapapun yang nanti terpilih menjadi presiden. "Jadi, tidak benar kalau gerakan yang dilakukan Pak Bachtiar Chamsyah itu merupakan puncak dari konflik dirinya dengan Pak Suryadharma Ali," katanya.

Menurut dia, pembagian tugas itu antara lain, Bachtiar Chamsyah bertugas melakukan pendekatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sementara Suryadharma melakukan pendekatan kepada Capres-capres yang lain melalui program "PPP Mendengar".

"Dengan demikian maka siapapun yang menjadi presiden, maka posisi PPP tetap aman dipemerintahan. Itu memang perlu dilakukan karena PPP tidak memiliki kader untuk dimajukan menjadi presiden," tandasnya.

Diperkirakan, suara PPP akan kembali kompak apabila PPP sudah mendapatkan gambaran siapa yang menjadi pemenang Pemilu maupun Pilpres. "Suara yang terpecah itu nantinya akan bersatu kembali, jika mereka sudah mendapatkan gambaran siapa yang akan menang. Gambaran itulah yang nantinya akan memberikan arah kepada siapa suara PPP akan diserahkan," ujar Bima.

Jika nantinya Susilo Bambang Yudhoyono yang kuat, lanjut Bima Arya, maka sikap PPP tetap sama seperti saat ini, yakni mendukung Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi jika ada calon lainnya yang mungkin  mengalahkan SBY maka mereka pun akan kompak mendukung orang tersebut.

Menurut dia, langkah yang dilakukan PPP adalah sebuah langkah cerdas, karena hanya dengan cara itulah PPP tetap bisa mempertahankan kekuasannya. "PPP sadar betul, karena hanya dengan cara itulah dia nantinya tetap menjadi bagian dari pemerintahan yang berkuasa," ujarnya.

Sementara pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Ibramsyah mengatakan konflik yang terjadi ditubuh PPP itu adalah persaingan picik yang dilandasi ambisi perebuatan kekuasaan. "Keduanya sama-sama memiliki ambisi, sehingga mereka pun melakukan langkah-langkah, sekalipun akan berdampak bagi perolehan suara PPP pada Pemilu nanti," ujar Ibramsyah.

Menurutnya, walaupun keduanya memiliki tujuan yang sama, namun nampaknya kedua elit PPP tersebut menggunakan cara yang berbeda. Bachtiar Chamsyah melakukan langkah elegan agar tetap bisa terpakai pasca pemilu 2009 jika SBY kembali berhasil memenangkan Pilpres. Sementara Suryadharma Ali menggunakan cara yang lebih ekstrim dengan menawar-nawar Presiden saat ini melalui bayang-bayang capres melalui "PPP Mendengar".

"Kedua elit politik PPP itu sebenarnya condong dan akan tetap mendukung SBY. Namun Suryadharma menggunakan cara mengundang para Capres dengan harapan bisa menjadi daya tawar yang tinggi bagi dirinya. Jadi keduanya sama saja," tandas Ibramsyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com