KOMPAS.com -- Batik lasem dikenal dengan warna merah darah ayamnya, batik solo dikenal dengan motif keratonnya. Lalu, bagaimana dengan batik betawi?
Menurut Hartono Sumarsono, batik betawi tidak memiliki ciri khasnya tersendiri.
Ditemui di acara peluncuran buku Batik Betawi yang diadakan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (5/4/2017), dia menjelaskan bahwa batik betawi sebenarnya hanya batik komersil dan batik cetak.
Dengan tujuan hanya berdagang saja, para pembatik-pembatik betawi masa lalu termasuk Lie Tiang Tjeng dan Tee Boen Kee sekadar mencontoh motif-motif yang laku di daerah lain untuk dicetak dengan teknik printing yang lebih murah dan cepat.
Alhasil, batik betawi pun memiliki banyak kesamaan dengan batik-batik di daerah lain dan tidak memiliki motif asli.
“Mirip sebenarnya (dengan batik lain), cuma lebih kasar. Karena kan orang-orang Jakarta itu meniru dari Pekalongan, Solo, dan lain-lain,” katanya.
Namun, belakangan ini mulai muncul motif-motif betawi seperti ondel-ondel dan monas yang menurut Hartono, baru dimulai selama 20 tahun terakhir.
“Itu zaman sekarang, kalau zaman dulu nggak ada. Saya pikir, kalau zaman sekarang batik jakarta itu gambarannya sehingga keluarlah motif ondel-ondel dan monas. Tapi, kalau zaman dulu kan komersil jadi orang-orang Karet buatnya yang laku di daerah lain,” katanya.