JAKARTA, KOMPAS.com - Olahraga yang mengutamakan keseimbangan tubuh dengan nama populer Slackline berhasil mencuri perhatian anak-anak muda di perhelatan HAI Day 2017.
Olahraga Slackline sendiri terlebih dahulu populer di Jerman pada tahun 2006 dan mulai masuk ke Indonesia pada 2011 yang dipopulerkan salah satunya oleh Dadeng, pemuda asal Bandung Jawa Barat.
Dadeng adalah salah satu pegawai sertifikasi pekerja diketinggian di PT Vertikalitas Skygers Indonesia. Berawal dari keisengannya memanfaatkan seutas tali, Dadeng kemudian mencobanya menjadi sebuah olahraga.
Seiring berjalannya waktu, Dadeng CS memiliki beberapa anggota dan terbentuklah komunitas yang dinamai Pushing Panda. Nama Pushing Panda bukan tanpa arti, menurut Dadeng arti dari nama komunitas tersebut adalah tetap memiliki motifasi untuk belajar dan tetap lucu seperti panda.
"Sebetulnya tidak ada arti khusus, yang pasti dari nama itu kita punya spirit untuk terus belajar," kata Dadeng kepada Kompas.com di Jakarta, Minggu (30/4/2017).
Beberapa gaya dan trik Slackline sudah mereka coba, seperti battbounce (gerakan duduk dan berdiri di atas seutas tali) dan castbounce (merebahkan tubuh di atas seutas tali).
Gaya maupun trik tersebut mereka lakukan tak hanya di taman, mereka sudah mulai menunjukan kemahiran dan keberaniannya dari atas ketinggian gedung, tebing maupun di atas air.
"Trickline (gaya lompat), highline (berjalan di ketinggian), longline (berjalan pada seutas tali dengan jarak jauh) dan waterline (diatas air)," tuturnya.
"Latihan setiap malam minggu, anggotanya cewek ada, cuma lebih dominan cowok," ucapnya.
Saat ini, untuk wilayah Bandung anggota Pushing Panda baru sekitar 30 orang. Namun, di beberapa kota anggota Pushing Panda juga sudah mulai bermunculan berkat aksi-aksi yang dipublikasikannya melalui jejaring sosial.
"Di beberapa kota sudah ada. Kalau Pushing Panda sendiri pusatnya di Bandung," tutur Dadeng.