Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita David John Terhempas Tsunami dan Respek pada Alam

Kompas.com - 31/07/2017, 16:59 WIB
Wisnubrata

Penulis

BALI, KOMPAS.com - David John Schaap dikenal sebagai traveler, pembawa acara, sekaligus aktor dan bintang iklan. Namun lebih dari itu, pria gondrong blasteran Sunda-Belanda tersebut adalah penggila olahraga ekstrem dan kegiatan outdoor.

David mungkin saja dijumpai di tengah laut sedang bermain selancar dan mencari ombak, di medan offroad mengendarai motor trail, dan bisa juga di skate park bermain skateboard atau mengendarai sepeda BMX.

Dan seperti mereka yang lama bermain di luar ruang dan dekat dengan alam, pria kelahiran Pakistan 27 tahun lalu ini memiliki rasa hormat terhadap lingkungan. Ia tidak segan mengajarkan orang untuk memungut sampah dan membuang di tempatnya.

Soal ini, David punya alasannya, yakni pengalaman tertelan tsunami yang membuatnya terombang-ambing di laut lepas.

Dalam obrolan di Bali, Jumat (28/7/2017) David bercerita, waktu itu, tahun 2006, ia bersama teman-temannya pergi ke sebuah pulau di sekitar Pangandaran untuk memancing dan berselancar dengan kapal sendiri. Mereka tentu saja mencari ombak yang bisa ditunggangi dan menanti-nanti ombak yang besar.

Nah saat pulang menuju Pantai Pangandaran sekitar pukul 4 sore, David dan teman-temannya di kapal melihat ombak besar datang. Ombak itu sangat tinggi, dan membuat mereka bersorak kegirangan. “Saya berpikir, nanti setiba di pantai kita akan main selancar karena ombaknya sedang tinggi,” ujar David mengenang.

Namun semakin mendekati kapal, ombak itu makin tinggi, dan datang dari dua arah berlawanan. Karena diperkirakan akan bertemu tepat di mana kapal berada, maka ia memutar haluan kapal agar kapal tersebut menaiki salah satu ombak dan tidak terjebak di tengah.

Semua orang berpegangan karena kapal mulai berada di atas ombak. Tiba-tiba ombak itu pecah dan kapal terjatuh ke bawah. “Saya berpegangan pada pinggiran kapal dan terjun seperti Superman sedang meluncur ke bawah. Saya sempat memejamkan mata dan mengira ini mimpi. Tapi saat membukanya, yang terlihat adalah buih putih. Saya masih dalam keadaan bingung, ini mimpi atau beneran,” kata David.

Baca: 10 Tahun Tsunami Pangandaran, Tsunami Dahsyat Tanpa Isyarat Gempa

Beberapa saat kemudian, ia dan teman-temannya terhempas ke laut. Butuh tiga kayuhan untuk muncul lagi ke permukaan laut. David masih berusaha bergegangan ke kapal saat ia menyadari darah mengalir dari dahinya.

“Untung saya tidak pingsan, kalau pingsan mungkin saya nggak selamat,” ujarnya sambil menunjukkan bekas luka di dahinya.

Bersama teman-temannya, David kemudian berusaha menghidupkan mesin kapal. Namun ternyata hempasan membuat kapal bocor sehingga mereka berulang-ulang harus membuang air di dalamnya.

David John Schaap (kanan) saat peluncuran sunscreen Bali Breeze di Bali.bali breeze David John Schaap (kanan) saat peluncuran sunscreen Bali Breeze di Bali.
Akhirnya, setelah melakukan berbagai usaha, mereka memutuskan untuk menunggu bantuan dengan berdiri di salah satu sisi kapal yang masih mengapung. “Tiga teman aku berusaha mencari pertolongan ke daratan. Mereka mengayuh papan selancar ke pantai, tapi ternyata baru sampai di sana subuh,” katanya.

Beberapa saat kemudian, dua temannya menyusul mencari bantuan, satu dengan papan selancar, satu lagi menggunakan jeriken bahan bakar untuk mengapung. Yang lain menunggu di kapal, di tengah dinginnya air laut di malam hari.

Ketika matahari bersinar esok paginya, mereka melihat kapal nelayan dari jauh dan sempat berteriak-teriak memanggil. Tetapi kapal itu berlalu. David juga melihat orang-orang lain yang terhanyut. “Ada yang mengapung dengan jeriken, ada yang menggunakan kotak penyimpan ikan,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com