Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2017, 07:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian besar tanda-tanda stresmudah dikenali-terutama pada stres yang sudah berlangsung lama alias kronis. Anda tidak hanya sering mengernyitkan dahi atau mengencangkan otot, tapi juga mungkin mengalami penambahan berat badan dan nyeri.

Namun, ada satu gejala yang sulit dikenali oleh orang-orang yang paling sensitif sekalipun. Bicara tentang mengukur tingkat stres, kita mungkin juga perlu memperhatikan cara kita berbicara.

Ini bukan perihal kata-kata vulgar atau apapun yang mengarah pada erotisme. Studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, menunjukan bahwa kecenderungan menggunakan "function word" atau kata keterangan seperti "sungguh", "luar biasa" dan "sangat", secara akurat mengungkapkan kegelisahan hati.

Psikolog memiliki dugaan bahwa orang sering menggunakan kata-kata tertentu saat mereka stres.

Untuk menguji teori tersebut, mereka memberi alat perekam kepada 143 sukarelawan dan melacak percakapan mereka selama dua hari.

Setelah menyalin lebih dari 22.000 transkrip rekaman, para peneliti kemudian membandingkan kebiasaan ucapan peserta dengan beberapa ekspresi genetik stres.

Hasilnya, mereka yang menunjukan gejala biologi stres pada dasarnya tidak banyak berbicara. Tapi, saat berbicara, kata-kata yang sering mereka ucapkan mencakup kata-kata seperti "sunguh" dan "luar biasa".

Orang yang stres juga cenderung menggunakan kata ganti "aku" dan "milikku" daripada "mereka" dan "milik mereka". Ini mungkin menunjukkan bahwa mereka cenderung memusatkan perhatian pada diri mereka sendiri saat berada di bawah tekanan.

Baca :Mengurangi Stres Diawali dari Kepala

Tapi, mengapa mereka yang sedang stres cenderung menggunakan kata-kata ini? Peneliti menduga bahwa tidak seperti kata kerja atau kata benda, kata keterangan secara umum memperjelas kata-kata di sekitarnya, dan bukan memisahkan maknanya.

Karena kata-kata tersebut sering kita ucapkan secara tidak sadar, maka kata-kata tersebut dianggap bisa menunjukkan rasa stres yang disembunyikan.

Memang, temuan tersebut tidak mengungkapkan apakah stres mempengaruhi pilihan kata atau sebaliknya. Namun, para peneliti berharap bahwa temuan mereka akan mendorong para dokter untuk "mendengarkan lebih dari" apa yang pasien mereka katakan.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com