Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Kemiripan Onitsuka Tiger Corsair dan Nike Cortez

Kompas.com, 31 Oktober 2018, 15:15 WIB
Wisnubrata

Editor

KOBE, KOMPAS.com - Pernahkan kamu bertanya-tanya mengapa beberapa sneakers terlihat mirip walau berbeda merek? Nah, salah satu yang bisa dibilang nyaris kembar adalah Onitsuka Tiger seri Corsair dengan Nike seri Cortez, seperti yang dipakai dalam film Forrest Gump.

Kemiripan keduanya ternyata bukan karena tak sengaja, melainkan ada cerita di baliknya.

Dalam buku sejarah yang ada di Museum Asics, Kobe, dituliskan bahwa brand Onitsuka Tiger mencapai masa keemasan di tahun 1960-an hingga 1970-an.

Selain seri Mexico 66, sepatu lain yang dianggap masterpiece adalah seri Corsair yang diperkenalkan tahun 1969. Menurut buku "Onitsuka Tiger's Secret" cerita soal Corsair ini tak bisa dilepaskan dari perusahaan bernama Blue Ribbon Shoe Company atau BRS.

BRS didirikan oleh Philip Knight dan Bill Bowerman. Knight adalah pelari jarak menengah, sedangkan Bowerman adalah pelatihnya. Bowerman juga dikenal suka bereksperimen dengan rancangan sepatu untuk membuatnya lebih ringan sekaligus lebih mampu meredam hentakan kaki.

Baca juga: Kisah Unik Lahir dan Bangkitnya Onitsuka Tiger

Setelah lulus dari Stanford University dengan thesis soal pemasaran sepatu olahraga, Knight pergi ke Jepang dan menemui Onitsuka Tiger guna meyakinkan bahwa sepatu mereka punya pasar di Amerika Serikat.

Maka pada tahun 1963, Knight bersama Bowerman menjadi distributor sepatu Onitsuka Tiger di AS menggunakan bendera BRS. Dalam perjalanannya, keduanya juga mendirikan Blue Ribbon Sports, yang kelak menjadi Nike Inc.

Nike Cortez dan Onitsuka Tiger Corsairasics, nike Nike Cortez dan Onitsuka Tiger Corsair
Pada tahun 1968, Blue Ribbon Sports mengimpor seri Limber untuk pasar AS. Seri ini merupakan sepatu pertama yang menggunakan garis khas Onitsuka, dan di pasaran dikenal sebagai Mexico 66.

Setahun kemudian, Bowerman meminta agar Onitsuka mengembangkan sepatu dengan bantalan yang lebih baik dibanding seri Limber. Maka Onitsuka pun mengeluarkan seri yang dinamai Cortez.

Sepatu itu menjadi sangat populer dan laku di pasaran, namun hubungan antara Onitsuka dan BRS justru memburuk akibat perselisihan soal hak cipta sepatu tersebut.

Ketika kasusnya dibawa ke pengadilan, Onitsuka kalah dan harus menyerahkan nama Cortez ke BRS. Pabrikan asal Jepang itu tetap memproduksi sepatu serupa, namun diberi nama Corsair.

Baca juga: Sepatu Pertama Onitsuka Tiger, Seperti Apa Bentuknya?

Cortez kemudian dianggap sebagai sepatu pertama Nike. Bowerman memberi ciri lambang Swoosh pada sepatu itu, dan menggunakan midsole rancangan sendiri. Sedangkan Corsair menggunakan garis Onitsuka dan midsole EVA.

Bila kamu melihatnya saat ini, Corsair yang diperkenalkan tahun 1969 dan Cortez yang diluncurkan tahun 1972 masih memiliki bentuk serupa setelah lebih dari 40 tahun.

Baik Cortez maupun Corsair hanya memunculkan lebih banyak variasi warna dan bahan. Yang jelas, keduanya adalah "saudara kembar" yang masing-masing punya penggemar sendiri-sendiri.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau