Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 29 Januari 2019, 19:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah kamu mendengar soal diet 5:2?

Diet tersebut dinamakan 5:2 karena pengikutnya dituntut untuk makan rutin selama lima hari, dan menurunkan jumlah asupan kalori secara drastis pada dua hari lainnya.

Target diet 5:2 adalah memangkas asupan kalori menjadi hanya seperempat dari total asupan kalori rutin.

Misalnya, target kalori harian seseorang sebesar 2.000 kalori. Maka, pada dua hari "puasa", orang tersebut hanya bisa mengonsumsi sebesar 500 kalori.

Hal terpenting, dua hari puasa tersebut jangan sampai berurutan. Misalnya, lakukan setiap Senin dan Kamis atau Rabu dan Sabtu.

Sebab, tubuh tetap memerlukan kalori dan nutrisi untuk bisa berfungsi dengan optimal. Namun, asupan makanan yang dipilih tak dibatasi.

Baca juga: Pahamilah Kunci Sukses Turunkan Berat Badan

Diet 5:2 fokus pada pembatasan jumlah kalori pada dua hari puasa.

Cara ini bisa membuat pengikutnya lebih puas dengan pola makan mereka, karena tidak dibatasi terlalu ketat.

Meski begitu, bukan berarti kita bisa makan sebebas-bebasnya pada lima hari sisanya.

Tetaplah berlakukan pola makan sehat, serta menghindari makanan olahan atau bergula.

Manfaat

Ada sejumlah manfaat yang bisa didapatkan dengan menjalankan pola diet 5:2. Seperti mengurangi risiko diabetes tipe 2 dan menurunkan berat badan.

Untuk mencapai target berat badan yang diinginkan, pengikut pola diet 5:2 dianjurkan untuk makan dalam jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah kalori yang mereka bakar.

Para ahli gizi menyebutnya kalori defisit.

Jika diikuti secara tepat, diet 5:2 bisa menjadi cara sederhana dan "tepat sasaran" dalam memangkas kalori, sehingga membantu kita membakar lemak berlebih.

Baca juga: Cara Tepat Turunkan Berat Badan Tanpa Kehilangan Massa Otot

Meski tidak banyak studi yang membahas diet 5:2 secara spesifik, studi-studi terdahulu mengenai intermittent fasting bisa menjadi landasan.

Sebuah ulasan pada Annual Review of Nutrition mencatat, dalam studi terhadap binatang, diet serupa intermittent fasting bisa membantu mereduksi jaringan lemak dan sel yang menyimpan lemak.

Sebuah ulasan dan meta analisis yang dilakukan pada 2018 membandingkan intermittent fasting dengan diet lainnya yang membatasi kalori secara ketat.

Penelitian tersebut mencatat bahwa intermittent fasting sama efektifnya dengan pembatasan kalori, demi mencapai target penurunan berat badan dan meningkatkan kesehatan metabolisme.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau