Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 18 Maret 2019, 05:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diet yo-yo adalah istilah yang digunakan bila seseorang melakukan diet dan turun berat badannya, namun tak lama kemudian naik lagi.

Hal ini antara lain disebabkan cara diet yang keliru sehingga sulit untuk dipertahankan hasilnya. Diet semacam ini hanya bermanfaat dalam jangka pendek. 

Bukannya mendapatkan tubuh ideal, diet semacam ini akan membuat berat badan kembali melonjak, atau bahkan lebih besar dari sebelumnya.

Menurut riset yang diterbitkan dalam American Heart Association (AHA), diet yo-yo juga bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Riset dilakukan oleh peneliti dari Columbia University dan membuktikan, diet yo-yo memiliki efek pada tujuh faktor risiko penyakit jantung pada wanita.

Untuk mencapai kesimpulan itu, periset mempelajari 485 wanita dengan rata-rata usia 37 tahun dan indeks massa tubuh rata-rata (BMI) 26, yang menandakan peserta memiliki berat badan berlebih.

Para peneliti menilai kesehatan mereka dengan menggunakan faktor risiko yang ditentukan AHA untuk kesehatan jantung: kebiasaan merokok, berat badan, diet, aktivitas fisik, kolesterol, tekanan darah, dan gula darah.

Hampir dua pertiga peserta memiliki setidaknya satu episode diet yo-yo, di mana mereka berhasil menurunkan berat badan 4,5 kilogram atau lebih dalam setahun dan kembali mengalami kenaikan.

Hasilnya, mereka yang melakukan diet yo-yo kemungkinannya 82 persen lebih rendah untuk memiliki BMI dalam kisaran "sehat" daripada mereka yang berat badannya stabil.

Mereka juga 65 persen lebih besar kemungkinannya untuk mengalami tujuh faktor risiko kesehatan tersebut.

Menurut Brooke Aggarwal, selaku pemimpin riset, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan efek jangka panjang pola diet seperti ini. Namun, riset mengungkap mengapa diet yo-yo dapat mempengaruhi kesehatan jantung.

"Kami pikir mungkin saja setiap kali berat badan naik kembali, faktor risiko kardiovaskular seperti tekanan darah, kolesterol, dan dorongan glukosa lebih tinggi, di atas level garis dasar," katanya.

Baca juga: Trik Tetap Kenyang saat Jalani Diet Keto

Ia menambahkan, berat badan yang hilang biasanya merupakan campuran lemak dan beberapa jaringan otot, sedangkan berat yang didapat kembali keseluruhannya berupa lemak.

"Lemak ini biasanya disimpan di perut, dan lemak perut berisiko menyebabkan penyakit kardiovaskular," tambahnya.

Meskipun semua peserta dalam riset ini adalah wanita, Aggarwal mencatat bahwa penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara siklus berat badan dan risiko kematian kardiovaskular yang jauh lebih tinggi di usia paruh baya untuk pria.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau